Langkah Padu Santri NU untuk Negeri

Peringatan hari santri yang dikemas dengan resepsi santri di Kantor PCNU Bondowoso. (Jum'at, 23/10) 

Usai sudah perayaan Hari Santri Nasional 22 Oktober 2020 lalu. Puncaknya, Jumat malam (23/10), dua pusat kegiatan utama warga NU di Kota Tape Bondowoso, yaitu di Kantor PCNU yang terletak di Kelurahan Blindungan serta Graha NU di Kelurahan Kota Kulon, sama-sama disemarakkan oleh giat hari santri.

Di kantor PCNU, mulai dari Mustasyar, Rais Syuriah, Tanfidziyah hingga Pengurus MWC se- Kabupaten Bondowoso, Kader NU serta jajaran Polres dan Kodim, turut serta memeriahkan malam resepsi Hari Santri Nasional. Tak ketinggalan, Bupati dua periode H Amin Said Husni, hadir memberikan taujihadnya. 

Di tempat kedua, tak kurang dari seribu Fatayat NU, memenuhi Graha NU yang bersanding dengan Masjid NU Kota Kulon dalam giat Hari Santri yang dikemas dengan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW (Maulid Nabi)

Tentu, giat Nahdlatul Ulama dari berbagai tingkatan pasca ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional ini, menjadi bagian dari cerminan kecintaan NU kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ini juga menjadi bukti nyata padunya langkah santri untuk Negeri ini.

PC Fatayat NU pada giat Hari Santri yang dikemas dengan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW (Maulid Nabi) di Masjid Graha NU, kota Kulon (Jum'at, 23/10).

Ketua Tanfidziyah PCNU Bondowoso KH Abdul Qodir Syam pada malam Resepsi HSN mengatakan pentingnya sebuah negara untuk menjadi tempat tinggal orang mukmin. 

Menurutnya, setiap mukmin dilarang menempati suatu daerah tanpa sistem pemerintahan. Karena jika hal tersebut terjadi dikalangan orang mukmin, dan si mukmin tersebut meninggal dunia, maka orang tersebut dikategorikan mati dalam keadaan jahiliyah, karena ia mati dalam keadaan tidak mengetahui pemimpinnya. 

“Hal tersebut menjadi pegangan bagi kaum santri. Apapun resikonya, harus ada tempat yang menjadi kawasan atau daerah yang aman untuk melaksanakan syariat dengan dalil maslahah, ungkap Kiai Qodir. 

Apa yang disampaikan oleh pengasuh Ponpes Darul Falah Cermee ini akan pentingnya sebuah negara untuk menjadi tempat tinggal orang mukmin, juga nyambung dengan spirit yang digaungkan oleh KH Amin Said Husni dalam taujihadnya.

Menurutnya, substansi perayaan resepsi Hari Santri itu harus mampu mendorong para santri ataupun NU sendiri untuk menjiwai rasa tanggung jawab, responsibilitas NU dalam menjawab persoalan zamannya, dan memberikan solusi terhadap tantangan bangsanya. 

Itulah yang diberikan NU pada zaman Hadaratus Syaikh dulu, jawaban seperti itu yang disampaikan oleh KH Hasyim Asy'ari ketika kita menghadapi agresi militer yang sedang mengancam kelangsungan kemerdekaan negara kita dulu, jelas Kiai Amin Said.

Kiai Amin Said juga banyak menyinggung sejarah tentang NU dan perjalanan Negara Indonesia, bahwasanya NU dan Kiai NU senantiasa hadir dalam setiap momen-momen kritis Bangsa Indonesia. Sebelum Indonesia merdeka, NU ikut andil dalam perjuangan melawan penjajah. Pada saat merumuskan kemerdekaan, NU dan para kiai tampil untuk menjawab ketegangan dalam perumusan Dasar Negara. Pasca kemerdekaan, NU dan para Kiai berada di garda terdepan untuk mempertahankan kemerdekaan dengan Resolusi Jihadnya. 

“NU selalu hadir dalam setiap rentetan sejarah Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, bahwa di saat-saat kritis, NU selalu hadir dan memberi solusi yang elegan terhadap eksistensi dan keberlangsungan Negara Indonesia. Seperti itulah yang harus terus kita jaga dan kembangkan ke depan untuk mengawal keutuhan NKRI, tegas Kiai Amin Said.

Karenanya, menurut Kiai Amin Said Husni, tidak pantas jika NU hanya berada di pinggiran sebagai penonton. NU harus berada di tengah ataupun di sentra peran-peran strategis untuk memberikan masukan-masukan elegan demi keutuhan NKRI. 

Secara terpisah, Ketua PW Ansor Jawa Timur HM Syafiq Syauqi, Lc, dalam press release yang berjudul Santri Nekat Indonesia Kuat menekankan karakter ‘nekat santri yang tidak mau tunduk pada fakta atau realitas menjadi sesuatu yang harus kembali dihidupkan. Terlebih membaca realitas keislaman dan keindonesiaan yang masih menempatkan santri sebagai sub-ordinat dalam leading sector policy di negeri para Wali ini. 

Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, H.M. Syafiq Syauqi, L.C

“Dalam menghidupkan karakter nekat, saya mengajak untuk merenungi dawuh dari Gus Dur pada Hari Santri ini: Dalam berjuang, kita tidak boleh tunduk pada fakta. Leluhur kita besar karena mampu menemukan fakta baru, ungkapnya.

Syafiq Syauqi mengajak agar para santri turut menterjemahkan prinsip fikir, prinsip dzikir, dan prinsip amal yang telah dipratikkan sejak lama oleh para Kiai, agar dalam menghadapi tantangan di hari depan, santri tetap muncul sebagai lokomotif yang berada di garis depan berkhidmat untuk Republik ini. (*)


Penulis : Gufron
Editor : Andiono

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN