Ruqyah, Menjadikan Al-Qur’an sebagai Obat Pertama dan Utama

Dokumentasi Penulis Imam Supriyadi, S. HI,. MH. (Kanan) dengan Gus Baha' atau KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (kiri) di kediamannya, Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2019 lalu.

Masyarakat Indonesia mempunyai persepsi yang kadang beranggapan Ruqyah hanya untuk mengusir jin. Padahal, Al-Quran adalah obat bagi manusia. Tentu saja sebagai obat pertama dan utama. Ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat 82, yang berbunyi :

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَاۤءࣱ وَرَحۡمَةࣱ لِّلۡمُؤۡمِنِینَ وَلَا یَزِیدُ ٱلظَّـٰلِمِینَ إِلَّا خَسَارࣰا

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah bagi orang-orang yang zalim selain kerugian”. 

Terapi Ruqyah Aswaja

Seorang peruqyah adalah orang yang mempunyai akidah yang bersih dan murni, mempunyai pemahaman yang utuh tentang agama dan mempunyai niat dalam meruqyah.  Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) dalam praktiknya, melakukan cara pengobatan dengan doa-doa yang masyhur dari Rasulullah SAW, serta juga ayat-ayat Al- Qur’an untuk mengobati berbagai macam penyakit medis ataupun non medis. 

Dr Dossey, salah seorang dokter lulusan universitas Texas, setelah mengumpulkan beberapa penelitian tentang terapi doa, dia menemukan bahwa ternyata doa dapat mengendalikan sel-sel kanker, sel-sel pemicu sel-sel darah merah, enzim, bakteri jamur dan sebagainya. 

Senada dengan Dr Dossey, William G. Braud direktur riset di Institut of Transpersonal Psychologi di Palo Alto, melaporkan bahwa manusia mampu mempengaruhi secara mental dan dari jarak jauh. Berbagai sasaran biologis misalnya bakteri koloni, algae semacam tumbuhan tanaman, protozoa, larva semut dan sebagian besar sasarannya mempengaruhi gerakan mata, gerakan motorik, kegiatan elektrodermal, kegiatan pletismografik, pernafasan dan irama otak. hal ini menunjukkan bahwa doa dan kegiatan pikiran manusia dapat mempengaruhi makhluk (parasite di dalam tubuh) termasuk kesehatannya. 

Dalam teori magnet rezeki, ketika doa diucapkan dari seseorang yang berpikiran positif dan tertuju kepada orang yang dituju dengan tujuan positif tanpa tendensi apa-apa akan menjadi kekuatan terijabahnya doa itu. Hal ini menunjukkan mukjizat Al-Qur'an yang bisa digunakan sebagai sarana pengobatan. 

Salah satu dokter yang mempunyai perhatian khusus terhadap anak-anak indigo, dr H Tubagus Erwin Kusuma Sp. Kj., mengatakan, air yang dibacakan doa ataupun mantra akan mengubah molekul air dan dapat digunakan sebagai obat.

Sebuah penelitian di Jepang yang dilakukan Dr Masaru Emoto menunjukkan bahwa struktur molekul air akan berubah bila diberi kata-kata atau suara. Ia kemudian menjelaskan bahwa tubuh manusia kurang lebih 70% adalah air. Maka, akan ada perubahan bila diberi kata-kata suara atau doa. Perubahan ini dalam struktur air dalam tubuh akan mempengaruhi tingkat kesehatan manusia. 

Penelitian dan eksperimen di atas menunjukkan bahwa secara tidak langsung, membuktikan bahwa Terapi Ruqyah yang diambil dari bacaan-bacaan Al-Qur’an dan doa-doa yang diajari oleh Rasulullah SAW bisa dijadikan sarana pengobatan dan akan mempengaruhi terhadap penyembuhan fisik seseorang yang sakit, baik secara medis ataupun non medis.

Ruqyah Sebagai Sarana Dakwah

Saat ini, komunitas ataupun kelompok peruqyah yang pemahaman keagamaannya tidak sesuai dengan Ahlussunnah wal Jamaah kian berkembang. Bahkan, mereka mudah mengkafirkan, membid’ahkan, mensyirikkan amaliah-amaliah yang sudah diajarkan oleh leluhur salafus sholeh, terutama para Wali Songo. 

Dalam sejarah, Wali Songo berdakwah dan menyebarkan Islam di Indonesia salah satunya dengan sarana pengobatan Islam yang turun temurun. Istilah pengobatan yang diajarkan oleh Wali Songo diketahui oleh masyarakat luas. Orang-orang Jawa mengenalnya dengan istilah “suwuk”, sedangkan orang Madura mengenalnya dengan istilah "sembur". 

Sarana pengobatan ini sangatlah efektif bukan hanya menyembuhkan penyakit medis ataupun non medis, tapi juga mengislamkan Nusantara ini yang sebelumnya menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme maupun Hindu dan Budha. 

Proses penyembuhan dengan metode Ruqyah ini mengandung nilai-nilai psikologis. Orang yang sakit kemudian sembuh akan mengalami kepatuhan dan kepasrahan, karena sakit yang sudah dideritanya itu sembuh dengan cara instan. Mereka beranggapan, bahwa ini adalah keajaiban dari Allah swt, dan keajaiban tersebut hanya diberikan kepada orang orang-orang tertentu (pilihan Allah swt). 

Suatu ketika, Rasulullah SAW dalam kitab sunan Abu Dawud dengan sanad yang shahih menceritakan Kharijah Ibnul Shilt : 

“Aku datang kepada Nabi Saw dan masuk Islam. Kemudian aku pulang, aku bertemu dengan suatu kaum. Di antara mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam keadaan diikat dengan belenggu besi. Lalu keluarganya berkata, sesungguhnya kami mendapat berita bahwa temanmu itu (Nabi SAW) telah datang dengan membawa kebaikan. Apakah kau punya sesuatu untuk mengobatinya? Aku meruqyahnya dengan fatihatul kitab ternyata ia sembuh. Komandan mereka, keluarga si sakit memberikan seekor kambing. Aku datang kepada Nabi SAW dan menceritakan hal itu kepadanya, lalu beliau bersabda apakah engkau mengucapkan selain itu? Aku menjawab, tidak. Beliau SAW bersabda: Ambillah ternak itu demi umurku. Sesungguhnya orang yang memakan dari hasil rukyah batil tidak boleh, tetapi engkau makan dari rukyah yang benar.” 

Kisah ini mengindikasikan, bahwasanya doa yang dibacakan dari bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sesuatu yang halal dan mendapatkan apresiasi kategori sunnah taqririyah dari Rasulullah SAW.

JRA Sayap Dakwah LDNU

Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) saat ini sudah memiliki banyak cabang, yang tersebar di sejumlah provinsi dan kabupaten. JRA sendiri merupakan sayap dakwah LDNU, yang memiliki spirit dan motivasi semangat Qurani untuk menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup, sebagai rujukan dalam kehidupan, bahkan sebagai pengobatan utama, bukan pengobatan alternatif bagi orang yang sakit. 

Jelas, JRA memiliki tujuan untuk membentengi masyarakat dari rongrongan aqidah-aqidah yang diselewengkan oleh mereka yang bukan dari golongan Nahdliyin. Dengan kedok ruqyah syar'iyyah, mereka bertujuan untuk melemahkan pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah serta berusaha meruntuhkan dominasi NU sebagai jamaah terbesar. Gerakan mereka ini dipilih dari sisi yang kadang dianggap tidak penting oleh kita dari NU. Semoga tulisan ini bermanfaat, agar kiprah NU di masyarakat semakin terasa. Aamiiin. (*)

Penulis : Imam Supriyadi, S.HI,. MH. (Ketua Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) Bondowoso)

Editor : Andiono

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN