Joe Biden dalam Khayalan Cak Mamat dan Petuah Kiai Argo

Dr H Muhammad Syaeful Bahar, M.Si, Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Bondowoso (Foto : Tim Kreatif) 
“Mumpung Kiai Argo belum rawuh, bolehkan saya mengajukan pertanyaan Ji? Ini terkait politik. Tapi juga berkaitan dengan masa depan umat Islam,” ujar Cak Mamat memulai perbincangan pagi ini.

“Dungaren sampean bahas politik Cak?” tanyaku.

“Iya Ji, saya kemaren baca berita online, katanya Joe Biden jadi menang. Tapi Donald Trump tak terima dan akan menggugat. Kalau Biden menang, atau Trump yang menang, apa ada hubungannya dengan umat Islam? Kok banyak umat Islam yang berharap Biden yang menang? Apa benar kata sebagian teman saya sesama tukang becak yang mengatakan bahwa Biden itu nama aslinya Bidin, dan punya darah Madura? Kalau Obama kan keturunan Islam Afrika, ayahnya kan Islam?!” sambung Cak Mamat.

Hahahaha…. komentar Cak Mamat kali ini berimplikasi pada dua kesimpulan. Pertama, kita semua harus mengakui bahwa literasi Cak Mamat lumayan meningkat dan mutu pertanyaannya juga semakin berkualitas. 

Kedua, Cak Mamat, sebagaimana umumnya warga Negara Republik Indonesia, masih mudah terbawa berita hoax, mana mungkin Biden nama aslinya Bidin dan berasal dari Bangkalan hahahaha. 

Tapi apapun itu, masih lumayan, Cak Mamat masih bersedia konfirmasi dan mencari tahu, mencari informasi atas kebenaran berita yang dibacanya. Prilaku yang patut dipuji, di saat banyak orang yang tak bijak bersosmed, main copas dan main share berita hoax.

“Oh itu Cak, pertama apa pengaruhnya pada Umat Islam. Begini, ini berkaitan dengan platform atau ideologi yang diusung oleh partai pengusung calon presiden AS tersebut. Joe Biden diusung oleh Partai Demokrat, sedang Donald Trump diusung oleh Partai Republik," Jawabku, sebagai pemantik untuk menjawab pertanyaan Cak Mamat. 

"Dua partai ini memiliki platform yang berbeda dalam membangun relasi dengan Islam. Kalau Republik cenderung kaku, mengedepankan sikap curiga dan selalu menjaga jarak dengan Islam, bahkan kebijakan-kebijakan presiden dari partai ini seringkali merugikan Islam, bukan hanya Trump, sebelum Trump ada Bush Yunior, sebelumnya juga ada Bush Senior (ayah dari Bush yunior) atau Ronald Reagen yang memimpin pada tahun 80-an. Berbeda dengan presiden-presiden yang berangkat dari Partai Demokrat. Mereka cenderung membuka dialog dengan Islam, misal Obama dan Clinton. Sekarang Joe Biden, Paling tidak, upaya Palestina untuk merdeka sebagai Negara yang terpisah dari Israel sangat mungkin dilanjutkan dimasa kepemimpinan Biden ini,” jelasku panjang lebar.

“Kedua, tentang isu bahwa Biden punya nama asli Bidin dan dia keturunan Bangkalan, itu hoax akbar Cak hahaha,” lanjutku singkat.

Semua jamaah ikut tertawa, tak terkecuali Kang Parmin, sebuah pemandangan yang langka. Tak mudah memancing Kang Parmin tertawa, membuatnya tersenyum saja sangat sulit. 

Kang Parmin selalu tampil serius dan memasang wajah tegang. Satu ketika, dalam sebuah pengakuannya, dia mengatakan dengan geram

“Bagaimana mungkin ummat Islam masih berleha-leha, tenang-tenang dan tertawa, disaat Islam sedang dalam proses kehancuran karena kejahatan dan kelicikan musuh-musuh Islam! Harusnya kita sadar dan selalu siap untuk berperang ketika Islam memanggil untuk turun ke medan tempur, malah rokok an, malah dangdutan, apa kata Allah nanti di akhirat," tukas Kang Parmin serius

“Alhamdulillah Kiai Argo rawuh. Ayo kita sambut!” ajak Pak Edi.

Dari kejahuan nampak Kiai Argo memarkir sepeda Yamaha merah tuanya.

Kami semua pun menyambut Kiai Argo dengan santun, sembari mempersilahkan duduk ditengah-tengah jamaah. 

Baca juga : 

“Maaf, saya tadi masih ada tamu. Jadi telat datang ke sini. Padahal saya sudah siapkan sebuah makalah untuk kita bahas bersama. Masih tentang ketentuan Allah dan bagaimana seharusnya kita menyikapi. Saya berangkat dari penjelasan Ibnu Atha'illah dalam kitabnya, al- Hikam. Kata beliau, manusia ini terbagi menjadi beberapa bagian. Sebagian adalah manusia-manusia yang berada di maqam atau posisi ‘tergantung pada hukum sebab akibat’ dan ada manusia yang berada di maqam kontemplatif-spritualis. Pada bahasan ini, Ibnu Atha'illah menjelaskan tentang makna tadrij dan tadbir”, kata Kiai Argo memulai diskusi.

“Maksudnya apa itu kiai?”, Tanya Pak Salam dengan serius.

"Tadrij itu adalah wilayahnya orang-orang dunia spiritual. Mereka yang senang menyendiri dan bercengkrama dengan Allah. Namun juga ada orang yang berada di posisi tadbir, yaitu mereka yang harus terus berusaha. Mereka yang harus melakukan perubahan dengan cara ikhtiar, mereka adalah orang-orang yang terikat oleh hukum sebab akibat”, tambah Kiai Argo.

“Agar hidup kita menjadi selalu bahagia, maka dua tahap ini bisa kita lakukan beriringan. Satu ketika kita harus berusaha dan berikhtiar semaksimal mungkin sesuai dengan hukum alam yang mengikat kita, namun disatu saat kita harus stop semua ikhtiar fisik itu dan segera mendekat pada Allah, dzat yang paling kuasa atas hukum sebab akibat atau hukum alam ini. Di saat kita telah merasa dan telah benar-benar maksimal berusaha, maka segerelah menepi, mojok, cari tempat sepi dan segera bercengkrama dengan Allah untuk meminta kebaikan takdirNya,” lanjut Kiai Argo.

“Dalam tradisi pesantren, kita dibenarkan berusaha dan ikhtiar, namun jangan kelewat batas, ngoyo, ngotot bahkan sampai pada tingkat menuhankan ikhtiar. Tak lagi percaya bahwa hasil atau ketentuan akhir adalah mutlak milik Allah. Tidak, tidak seperti itu. Ikhtiar wajib tapi itu sebatas usaha, ketentuan akhir tetap milik Allah,” tutup Kiai Argo. (*) 



Penulis : Dr H Muhammad Syaeful Bahar, M.Si, Ketua Dewan Pendidikan, Kabupaten Bondowoso

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN