Kopi Pergerakan

Ilustrasi, (Foto : Tim Kreatif) 

Dalam ruang yang sendu, menyeruput kopi nikmat khas lokal adalah cara seseorang untuk menghilangkan rasa pilu yang menyerta kala itu. Ditambah, kelakarnya sahabat dengan berbagai paradigma yang berbeda berkumpul menjadi satu background yaitu Pergerakan.

Malam itu kesunyian datang menyelinap lewat pintu-pintu yang terbuka lebar. Sebuah cafe yang biasa ramai akan pelanggan setia, seketika sunyi hanya dipenuhi oleh warga pergerakan yang berjumlah 4 orang. Tidak kurang dan tidak lebih.

Namun, kesunyian itu sekalanya berubah menjadi satu frekuensi yang menarik. Dari sendu menjadi lugu, dari derita merana menjadi bahagia. Dengan pembicaraan ilmiah disertai humorisme dari setiap orang yang ada. Termasuk Ahmad, yang memiliki julukan sama seperti sokkor. Pelawak madura yang kerap menghibur masyarakat.

Baca Juga :

Maka, tidak menutup kemungkinan. Alunan diskusi malam itu berjalan dengan lancar. Sebab, disertai dengan kelucuan yang sangat-sangat menyayat.

“Lan, kau ini ya. Orangnya diam saja. Ayolah nikmati malam ini, jangan monoton dan berlarut dengan keadaan,” Ahmad mencoba mengambil hati Alan yang sepertinya sedang bergelut dalam masalah.

“Mencoba bahagia, walau sebenarnya terluka. Itulah aku yang saat ini kau lihat," jawabnya, seakan memperjelas keadaan dirinya.

“Ngopi, ngopi dulu. Baru kau ceritakan agar encer nanti,” Suruhnya Ahmad pada Alan.

Sssstttt, bunyi seruputan kopi yang Alan minum terdengar begitu nikmat dan khidmat di gendang telinga. Seakan, dia memang benar-benar warga pergerakan penikmat kopi pilihan dari lokal.

Kopi dengan rasa pilihan, ada yang pahit dan ada pula yang manis. Sesuai dengan selera setiap orang yang ingin menikmatinya. Namun, banyak orang yang belum memahami bahwa di dalam kopi ada sebuah pergerakan yang bisa menumbuhkan mindshet seseorang lebih cemerlang. Ahmad menyebutnya dengan Kopi Pergerakan. 

Kopi jika kita spanengkan, kita pandang, kita lihat memang seakan tidak bergerak. Tapi adanya kopi membuat mindset seorang bergerak lebih dari sebelumnya. Maka tidak heran dan lumrah terdengar kalau warga pergerakan menyebutnya Ngopi (Ngobrol Pintar). 

Seyogyanya, senyatanya, sebenarnya, dan sesungguhnya. Dengan mencicipi adonan kopi khususnya kopi arabika khas bondowoso yang bijinya diambil dari atas ijen sana. Memang tersirat makna terdalam, ngobrol jadi lancar dan pikiran tidak stagnan. Terus mengikuti alur tanpa cegat, tanpa halang. 

“Mad, jagad raya ini sangat luas. Maka saya yakin disetiap jalan, sudut itu pasti ada yang namanya ujian. Terutama untuk setiap hamba, bukankah begitu?” kata Alan berseru

“Derajat kita terangkat, sejauh mana kita sabar menghadapi apa yang kamu katakan. Maka ingatlah untuk menghadapi agar dirimu kuat saat dentuman itu terjadi kamu tidak boleh sendiri. Maka, lihatlah, liriklah, pandanglah disampingmu. Mereka adalah sahabat-sahabatmu yang sudah siap membantu di kala luka itu hinggap pada salah satu diantara kita,” Ahmad menimpali

Otak Alan mulai berputar, hiruk pikuk mulai berdatangan. Sebab, selama ini masalah yang menimpanya terus dipendam tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Padahal sebenarnya dirinya sudah tidak mampu lagi untuk bertahan menghadapnya.

Maka Ahmad dan sahabat yang lainnya menghampiri serta menanyakan akan keluhan hidup yang saat ini terjadi padanya. Merenung dan diam tanpa segelintir maupun secercah kata yang keluar dari lisannya. Itulah yang membuat para sahabatnya khawatir.

Kopi Pergerakan memang solusi yang ajib untuk mengatasi masalah dan menambah paradigma lebih cemerlang dan cerdas. Problem membawa hampar, maka solusi datang membawa pemecahannya. Tiada yang tidak yang tidak mungkin selama kita masih berusaha yang disertai do’a. Maka, paling tidak ada harapan untuk menyelesaikan.

“Alan, segala kehidupan seseorang memiliki jalannya tersendiri. Maka, jalan yang harus ditempuh itu juga perlu yang namanya asisten (sahabat, temen, kawan dan sebagainya). Keperluan itu bisa kamu gunakan, jika kamu sudah memang benar-benar tidak mampu untuk menghadapi sendiri. insyaallah, jaminannya kelancaran dan kemudahan tidak akan melebihi batas kemampuan seorang hamba. Sesuai janji Allah di dalam Al-Quran dan pasti kamu sudah mengetahuinya,” papar citra panjang lebar, mahasiswi UI yang saat itu masih aktif berproses di PMII. Hanya saja saat ini pulang ke kampung halamannya semenjak pandemi. Hanya sesekali saja berkunjung ke kampusnya. 

Ekspresi cemberut itu mulai pudar dalam diri Ahmad, yang sejak awal berada di Cafe tempat biasa mereka ngopi bersama hingga larut menjelang. 

Perlahan mencanangkan dalam pikirannya apa yang harus dilakukan selanjutnya. Tentu semua tidak lepas dari dua kata yang menyiratkan makna terdalam bahkan membawa sebuah arti yang ber-Arti dalam kehidupan seseorang. Seperti yang dihadapi Ahmad saat ini.

Sering-seringlah Ngopi (Ngolah Pikiran), agar lebih gemilang merancang masa depan disetiap keadaan yang setiap detik, menit bahkan jam mengalami perubahan. Sebagai warga Pergerakan, inilah jalannya yang sering ditempuh. Namun, bukan untuk bersantai. Duduk melingkar sembari membangun peradaban yang lebih baik.


Penulis : Maulana Haris, Santri Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tanggaran, Bondowoso, 

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN