Puasa dan Selebrasi Kemenangan

M. Daimul Ichsan, S.Pd
(Guru Tetap Yayasan Alifya Bondowoso, PC LTNNU Bondowoso dan PKC PMII Jawa Timur)
Foto : Tim Kreatif Warta NU

WartaNU.com - Setelah sebulan penuh umat muslim melaksanakan perintah Allah SWT dengan berpuasa di Bulan Ramadan, tidak lama lagi semua akan menuai kebahagiannya di hari yang fitri.

Umat muslim yang terpanggil atas dasar imannya melaksanakan ibadah puasa, tarawih, sedekah, qiyamul lail dan lain sebagainya selama sebulan penuh akan segera menjumpai kemenangan sebagai puncak spiritualitasnya.

Hari Raya Idul Fitri sebagai ejawantah dan wujud atas ekspresi keberhasilan dalam menunaikan ibadah di Bulan Ramadan, dipenuhi dengan kesenangan, kegembiraan dan kebahagiaan.

Tentu bagi mereka yang terpanggil hati dan imannya mengisi Bulan Ramadan penuh optimis dengan berbagai agenda positif yang dapat menuntunnya mendekat pada yang Maha Kuasa.

Ramadan berbicara soal cinta, Ramadan mengajarkan betapa pentingnya menata hubungan secara vertikal dengan Tuhannya dan menghiasi hubungan moral secara horizontal bersama makhluk-Nya.

Itulah arti dari menjaga Bulan Ramadan dengan sebaik-baiknya. Tidak heran jika setiap anjuran ibadah di Bulan Ramadan semuanya mengarah pada hubungan spritual hamba dengan Tuhannya dan hubungan sosial manusia dengan sesamanya.

Sebut saja tarawih, tadarus dan ibadah qiyamul lail lainnya. Semua adalah ibadah yang dapat kita maknai sebagai wujud cinta seorang hamba kepada tuhannya.

Tidak hanya itu, kewajiban Zakat Fitrah, kesunnahan berbagi kasih selama Bulan Ramadan merupakan ibadah sosial yang juga dianjurkan selama Bulan Ramadan.

Hal itu menunjukkan bahwa Tuhan sedang melatih sikap simpati dan empati kita kepada sesama. Semua juga tentu atas dasar cinta dan kasih kepada siapa saja yang memiliki iman atas Tuhannya.

Untuk mendulang pahala sebanyak mungkin di bulan mulia ini, Allah SWT selalu memberi jalan motivasi bagi hamba-Nya untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Sekali lagi, bagi mereka yang terpanggil atas dasar cinta agar pintu pahala terbuka selebar mungkin.

Setahun sekali, tentu rugi rasanya bila semua terlewatkan tanpa jejak. Tugas kita sebagai seorang hamba tentu hanya perlu membaca dan menghayati betapa indahnya tuhan memberi jalan kebaikan dan keberkahan.

Meminjam istilah Ibnu Hibban, seorang ilmuwan ternama, ahli hadist, fuqaha dan sejarawan muslim. Beliau berkata "Jika seorang muslim keluar dari Ramadhan tanpa mendapatkan pengampunan dan kebaikan, dia benar-benar merugi."

Ini menjadi isyarat betapa meruginya mereka yang tak mampu menjadikan Ramadhan sebagai ladang pahala dan dalam menjalankan aktifitas kesehariannya.

Semoga kita semua senantiasa menjadi bagian dari orang-orang beruntung yang mendapat kebahagiaan dan kemenangan atas pencapaian kemurnian ibadahnya.

Selebrasi Kemenangan

Setiap jerih payah, perjuangan atas penghambaan akan sampai pada titik henti, apapun bentuknya. Terlihat nyata bahwa setiap yang diawali dengan perjuangan, tentu akan menjumpai kemenangan. Kemenangan orang yang melakukan shaum terselebrasi pada Idul Fitri.

Ramadhan menjadi kesempatan tiga puluh malam lailatul qadar. Setiap malam bagaikan seribu bulan. Akankah kita termasuk kategori dari pemenang itu? Akankah kita termasuk orang yang layak melakukan selebrasi itu? Pastinya setiap diri yang berhasil menaklukkan Ramadhan serasa pantas melakukan selebrasi di hari yang fitri.

Wajah tertunduk, batin berucap "Diri yang serasa tak pantas melakukan selebrasi ini, masih mungkin untuk menapak kesempatan meraih kemenangan. Betapa kasih sayang Allah SWT tanpa henti, tak terbatas dan tak berujung, yakin dan optimis semua masih mendapatkan kesempatan meraih rahmah dan maghfirah hingga puncak kemenangan."

Fitrah manusia adalah bersih tanpa dosa, suci tanpa noda. Itulan mengapa Tuhan berjanji akan mengembalikan manusia pada fitrahnya (suci) sebagaimana bayi baru lahir setelah sebulan penuh berhasil menyempurnakan bilangan Ramadhannya. (QS. Albaqarah: 185)

Setiap kita perlu optimis dan setiap kita penting menjadi yakin akan rahman rahimnya Allah SWT. Sehingga hal itu dapat menuntun kita menjadi pribadi yang tekun dalam beribadah dalam menggapai cinta Allah SWT.

Sehingga Idul Fitri benar-benar dapat kita maknai sebagai momentum hari kemenangan yang hakiki, sebagai selebrasi keberhasilan bertarung melawan hafa nafsu, egoisme, keserakahan dan berbagai sifat tak terpuji lainnya.

Sebagai penutup, semoga hikmah Ramadhan ini kita senantiasa menjadi pribadi yang beruntung, menjadi pribadi yang tergolong sebagai orang orang bertaqwa (La'allakum Tattaqun).

Penulis: M. Daimul Ichsan, S.Pd (Guru Tetap Yayasan Alifya Bondowoso, Pengurus LTN NU Bondowoso dan PKC PMII Jawa Timur

Editor : Muhlas

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN