Ilustrasi proses Rukyatul Hilal
Foto : Instagram/@nugresik dan Tim Kreatif Warta NU
WartaNU.com - Menjelang momen Hari Raya Idul Fitri 1445 H, NU selalu menggunakan metode rukyatul hilal dalam menentukan 1 Syawal.
Tidak hanya menentukan 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri), dalam menentukan 1 Ramadhan dan awal bulan hijriyah hijriyah hijriyah hijriyah lainnya juga menggunakan metode rukyatul hilal.
Mengapa NU menggunakan metode rukyatul hilal dalam menentukan 1 Ramadhan, 1 Syawal sebagai Hari Raya Idul Fitri dan awal bulan hijriyah lainnya? Misalkan menggunakan metode hisab atau metode falak.
Ternyata selain berlandaskan pada hadits Nabi Muhammad SAW, NU juga memiliki 5 landasan yang itu diputuskan dalam forum nasional.
Seperti dikutip tim Warta NU dalam pdf Lembaga Falakiyah PBNU yang tersebar di berbagai platform media sosial, NU menggunakan metode rukyatul hilal karena beberapa alasan.
Bagi NU, metode rukyatul hilal lebih tepat digunakan berdasarkan perspektif fiqh. Alasannya sangat kuat yakni berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW hingga para ulama salafus shalih.
Sementara landasan NU dalam menggunakan metode rukyatul hilal dalam menentukan 1 Ramadhan, 1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri) dan awal bulan hijriyah lainnya karena 5 landasan berikut.
1. Munas Alim Ulama NU Tahun 1983 di Situbondo
2. Muktamar NU ke 27 Tahun 1983 di Situbondo
3. Munas Alim Ulama NU Tahun 1987 di Cilacap
4. Muktamar NU ke 30 Tahun 1999 di Kediri
5. Muktamar NU ke 34 Tahun 2021 di Bandar Lampung
Secara formal, penggunakan metode rukyatul hilal NU dalam menetapkan 1 Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dan awal bulan hijriyah lainnya dapat dilihat pada 5 keputusan di atas.
Dalam pandangan NU, metode hisab atau metode falak (hitungan numerik-matematik) untuk menetapkan awal bulan hijriyahtidak cukup jika dilakukan tanpa verifikasi faktual atau yang disebut rukyatul hilal.
Dengan demikian, NU memandang metode hisab sebagai hipotesis verifikatif yang belum konklusif. Dalam sudut pandang ilmiah, metode hisab tanpa verifikasi faktual tidak dapat dianggap memenuhi asas berpikir ilmiah yang bersifat siklik.
Kendati demikian bukan berarti membuat NU tidak percaya terhadap metode hisab. Justru NU menghormati penggunaan metode hisab.
Bahkan NU memposisikan metode hisab sebagai alat bantu dalam pelaksanaan rukyatul hilal, khususnya dalam menentukan 1 Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dan awal bulan hijriyah lainnya.
Menurut NU, rukyatul hilal tidak akan bisa dilaksanakan dimanapun tanpa metode hisab atau metode falak yang baik.
Oleh karena itu, NU memiliki sistem hisab jamai (tahqiqy tadqiky ashri kontemporer) yang memperhitungkan segenap metode falak yang berkembang di NU.***
Penulis : Muhlas, Alumni Ponpes Miftahul Ulum Tumpeng
Editor : Gufron