Hijrah Virtual Beragama

Dr (cand). Moh. Dasuki, S.Pd.I., M.Pd.I., salah satu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Jember (Foto : Tim kreatif) 

Membanjirnya informasi di media sosial (medsos) menjadi keberkahan tersendiri bagi pembangunan watak peradaban bangsa. Tentu dengan catatan, informasi tersebut berdampak positif-konstruktif.

Tetapi, realitas berkata lain. Media sosial seakan sudah bebas nilai, siapapun bebas menyebar berita bohong (hoax), fitnah, provokasi dan ujaran kebencian. Medsos dianggap ruang yang berbeda dari ruang faktual yang ada, sehingga pelaku medsos merasa dirinya menemukan kebebasan baru dari pantauan dan norma, moral, etika serta agama. 

Ruang virtual sebagai ekspresi bagi individu untuk melakukan apa saja yang sebebas-bebasnya. Ada yang menulis status galau, ada yang sok bijak, sok rajin beribadah, bahkan foto selfie-selfie. Yang menggelikan, semuanya lengkap, seakan tidak ada tabir rasa malu, hina dan bersalah. 

Virtual dapat membuat orang menjadi baik karena amal sholehnya bermanfaat bagi sesame. Sebaliknya, menjadi mafsadah karena ulahnya yang keluar dari ajaran agama.

Hijrah ke ruang virtual bukan berarti meninggalkan segalanya. Virtual hanya ruang maya, yang esensinya juga dapat menjadi tempat berubudiah dan bermuamalah, bukan hanya menjadi tempat untuk sekedar chatting, posting, downloading dan uploading. 

Relasi Komunikasi di ruang virtual harus memuat nilai-nilai religiusitas, sehingga tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak bermanfaat bagi orang lain. Agama tidak hanya viral di ruang pesantren, madrasah, mushalla, masjid dan majelis ta’lim. Tetapi, Agama bisa menggema di ruang manapun, termasuk di ruang virtual. 

Ruang virtual ladang baru untuk menanam kebajikan. Sebaliknya, menjadi ladang baru pula untuk menanam keburukan. Tergantung bagaimana seseorang yang beragama hendak membawa agamanya hijrah ke dalam ruang virtual. 

Lebih baik viral kebaikan dari pada viral keburukan. Itu yang seharusnya menjadi prinsip umat dalam majelis virtual. Pemeluk agama dapat kapan saja berjihad melawan keburukan di medsos, membendung radikalisme cyber dan berita-berita yang tidak bertanggung jawab. 

Jihad cyber harusnya dapat turut serta mendorong watak informatif yang benar bagi masyarakat medsos, sehingga mereka tidak diperbudak android dan fitur-fitur virtualitasnya. Menjadi pengguna layanan virtual haruslah membawa rahmat bagi pengguna ruang virtual lainnya. 

Sebab, agama tidak hanya menempati ruang faktual, namun juga menempati ruang virtual. Pada aspek inilah, pemeluk agama harus membawa agama hijrah ke dalam semua dimensi kehidupan. Tak terkecuali, di ruang virtual.


Oleh : Dr (cand). Moh Dasuki, S.Pd.I., M.Pd.I.
Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN