Paket Bismillah

Firmansyah Muhammad, Alumni PKPNU IV PC LTN NU Bondowoso

Suatu hari yang sejuk setelah air tak lagi menggantung di atas langit. Burung pun mulai berterbangan dari tempat persembunyiannya, disertai terangnya sinar mentari mengemas suasana sore itu.

Aku yang masih duduk termenung di ruang tamu melihat ada yang datang dari arah kejauhan. Lelaki yang sebaya denganku, mengendarai motor tanpa ada yang membonceng dibelakangnya.

Dia sahabatku, sahabat senasib, sahabat sekarib, sahabat seperjuangan dan sahabat lain-lainnya.

Memang kita sudah janjian sebelumnya, untuk bertemu di tempat persembunyian kita. Tempat itu adalah tempat yang dapat terhindar dari pengaruh jahat dunia luar. Sudah tahu betapa kejamnya dunia luar, bukan? Kejamnya itu bukan soal kekerasan pada fisik melainkan pada batin kita dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dari orang lain.

Beragam pertanyaan itulah yang sejatinya membuat kita seperti manusia yang sangat membingungkan. Pertanyaan seputar pasangan, karir dan pendapatan. Wah, semuanya membuat aku dan sahabat senasibku itu kalang kabut untuk menuturkan jawaban yang tepat. Karena untuk menjawab salah satu pertanyaan saja, tak cukup dengan kata-kata dan tulisan di secarik kertas seperti anak sekolahan.

Sore itu, masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Membingungkan, membosankan danan Menjenuhkan. Sebuah titik kehidupan yang tak ingin kuulangi lagi di kemudian hari. 

Kita pun akhirnya memutuskan untuk segera keluar dari tempat persembunyian yang serasa berada di surga itu. Walaupun surga disana masih bisa merasakan kepanasan, kedinginan dan bahkan masih merasakan kelaparan. Tetapi, disana adalah surga bagi kita yang merasakan kejenuhan pada dunia. Hahaha...

Aku pun langsung menaiki motor milik sahabatku itu. Aku membonceng dia, tak lupa kurapalkan dulu doa sebelum gas motor. Aku tarik gas motor itu menembus angin-angin segar setelah hujan berhenti menitikkan airnya.

Sahabatku yang kubonceng pun duduk dengan tenang dibelakangku, sesekali ia menanyakan sesuatu kepadaku.

"Bro, ada kabar baikkah untuk kita hari ini?" tanya dia sambil menekan perutku yang dari tadi merasakan sesuatu yang berbeda.

"Selasa kita ke Surabaya, gimana?" tegasku menjawab pertanyaan itu.

Sengaja aku tak memberikan kabar baik kepadanya. Jika tidak begitu, dia akan merasa kegirangan dan jiwa antusiasme pribadinya pasti akan langsung membumbung tinggi mirip lava panas yang ingin menyembur dari atas puncak gunung.

Ia tak sama seperti sebelumnya. Tak ada jawaban iya dan tidak. Tampaknya ia sedang dirundung awan kebingungan untuk menjawab iya dan tidak saja.

Motor yang kubawa menjadi saksi bisu dua manusia modern yang kebingungan. Untungnya, motor itu tidak bisa mengejek kita berdua. Untungnya lagi, motor itu bersedia dibuat bingung oleh kita yang tak mempunyai tujuan entah kemana.

Aku menduga ia sedang dalam tekanan, mungkin tekanan atas jabatannya di kampus. Atau tekanan lain yang belum kuketahui darimana tekanan itu datang.

"Dari mana kita akan mendapatkan dana dalam perjalanan kita ke Surabaya itu, bro?" katanya melanjutkan perbincangan.

"Dari paket bismillah yang akan aku jual nantinya," jawabku dengan penuh keyakinan untuk mendapatkan sumber pendanaan menuju Surabaya esok lusa.

"Hah, paket bismillah apaan itu?" kembali ia melanjutkan rasa penasarannya.

Aku pun tidak tahu paket bismillah itu berupa barang seperti apa, bernilai tinggi atau tidak, bagus atau tidak. Semuanya masih penuh dengan misteri. Akhirnya aku putuskan untuk tidak menjawab pertanyaan itu.

Paket itu, aku mendapatkannya dari salah satu platform jualan online besar di Indonesia. Yang mungkin sedang promosian. Yang mungkin barangkali untuk menarik hati para pembeli online.

Sesampainya di tempat surga yang lain, aku pun menunjukkan kepada sahabat karibku itu, bahwa paket bismillahku itu masih sedang dikemas oleh tokonya. Semoga saja aku mendapatkan sesuatu yang terbaik dari misteri box itu.

Sahabatku yang akhirnya tahu tentang paket bismillah itu, seketika itu ia menggunakan gerak refleknya dengan menepuk jidatnya seraya berkata, "ampun deh..." katanya.

Rezeki seseorang tidak ada yang tahu, kecuali ia adalah Nabi dan Waliyullah yang diberi petunjuk. Seseorang atau sekelompok orang hanya dapat berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan peluang demi mendapatkan rezeki yang lebih baik lagi. Insyaallah.

Penulis : Firmansyah Muhammad, Alumni PKPNU IV PC LTN NU Bondowoso

Editor : Muhlas

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN