Derita Asriyati, Janda Miskin dengan Penyakit Kusta

Komunitas Labheng Settong bersama H Sutriono ketika memberikan bantuan uang tunai dan paket sembako kepada Asriyati, Ahad (27/12) malam.
Penyakit Kusta merupakan salah satu dari sekian penyakit yang dapat menimbulkan stigma negatif pada penderitanya. Jika tidak didampingi serta disupport, penderita tentu akan semakin mengalami nestapa karena dirinya merasa dikucilkan.

Asriyati, seorang janda di Desa Cermee Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso, adalah salah satu perempuan yang harus menanggung derita setiap hari lantaran penyakit kusta yang dideritanya. 

Penyakit yang dideritanya berawal dari benjolan kecil yang terjadi pada kulit bagian kaki dan tangan. Asriyati menduga, itu hanya alergi biasa. 

Namun lambat laun, sekitar 6-7 bulan kemudian benjolan-benjolan yang awalnya kecil semakin memperburuk keadaannya. Sejumlah ruas jari tangan dan kakinya lepas. Dia pun berpikir bahwa itu bukan hanya sebatas alergi. 

Dengan pendekatan intensif sejumlah kader NU, Asriyati pun mau pergi ke Puskesmas untuk memeriksa penyakit yang dideritanya itu. 

"Dulu Mbah Asriyati tidak mau diperiksa. Tapi terus kita dekati, kita nasehati. Akhirnya setelah tambah parah, beliau mau diperiksa," ungkap H Fathorrasi, Kader NU Cermee yang intensif melakukan pendampingan pada Asriyati.

Baca juga :

Dengan pendekatan yang cukup lama, Fathorrasi yang juga Pendamping Desa ini akhirnya bisa mengajak Asriyati untuk memeriksakan penyakitnya.

"Setelah diperiksa di laboratorium oleh H Lantip, petugas Puskesmas Cermee, ternyata Mbah Asriyati positif kusta," ungkap Fathor.

Kian hari, keadaan Asriyati semakin memburuk. Beberapa ruas jari tangan dan kakinya putus. 

Menurut penuturan warga sekitar, Asriyati mempunyai keponakan perempuan yang bekerja di Bali. Namun sudah beberapa bulan ini belum pulang.

Alhasil, Asriyati tinggal dengan putra keponakannya, yang sudah dianggap seperti cucu sendiri. Sang cucu yang masih duduk di kelas 4 SD ini, senantiasa menemani Asriyati setiap hari, hingga membantu mencucikan pakaiannya. 

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Asriyati sering bersurat kepada keluarga salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), H Sutriono dari Fraksi PKB. Biasanya, surat-surat dari Asriyati disampaikan kepada istri Sutriono.

"Jauh sebelum biaya kesehatannya ditangani Puskesmas, beliau Bu Asriyati sering berkirim surat ke Bu Dewan, Istri H Sutriono, untuk dibelikan sesuatu," tutur H Fathor.

"Bahkan dulu Bu Asriyati mandi di dapurnya sebelum dibuatkan kamar mandi oleh Pak Dewan," lanjutnya.

Melihat keadaan yang memprihatinkan itu, tentu bukan hanya H Sutriono dan keluarganya yang terpanggil membantu. Sejumlah Kader NU yang berada di Komunitas Labheng Settong juga tergerak membantu. Didampingi Sutriono, komunitas ini memberikan paket sembako dan uang tunai sebesar Rp. 700.000.

Dokumentasi saat penyerahan paket sembako dan uang tunai oleh Komunitas Labheng Settong
Sutriono bersama komunitas tersebut datang langsung ke rumah Asriyati untuk memberikan paket Sembako sembari melihat keadaan penderita kusta itu. 

Alumni Nurul Jadid Paiton ini sangat mengapresiasi terhadap Komunitas Labheng Settong yang telah memberikan paket sembako

"Terima kasih kepada segenap anggota Komunitas Labheng Settong yang telah membantu tetangga dekat saya. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT," ungkap Sutriono.

Kini, Asriyati juga mendapatkan "jaminan" dari Negara berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Kita semua berharap, dengan adanya KIS dan BPNT yang diterima, Asriyati bisa terus mendapatkan perawatan dan pengobatan. (*)


Kontributor : H Fathorrasi
Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN