Lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW dan Cerita Pasukan Gajah

Ilustrasi, Abrahah bersama pasukannya menunggangi gajah untuk menghancurkan Ka'bah (Foto : Tim Kreatif) 
Nabi Muhammad SAW dilahirkan tepat pada hari senin waktu subuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awal bertepatan dengan Tahun Gajah. Lebih tepatnya Baginda Nabi lahir 50 hari setelah peristiwa pasukan gajah tersebut.

Dulu di negara Yaman ada seorang ratu yang bernama Dzu Nawas. Ratu tersebut mengajak rakyatnya untuk mengikuti agama yang dibawa olehnya yaitu agama yahudi. Dibawa dengan kekerasan sehingga menyebabkan peperangan antara ratu dan rakyatnya sendiri, akhirnya salah satu dari rakyatnya meminta bantuan kepada ratu lain yang memimpin di negara Habasyah yang bernama Ratu Najasyi. 

Kemudian, Ratu tersebut memberikan bantuan dengan pasukan tentaranya yang dipimpin oleh seorang panglima bernama Aryath. Pada saat Aryath dan pasukan menyerang kekuasaan Ratu Dzu Nawas waktu itu, pasukan dari Ratu Yaman tersebut kalah dan pasukan Aryath memenangkan peperangan. Sehingga, Aryath pun dinobatkan untuk menjadi Pemimpin di Negara Yaman sebagai pengganti dari Ratu yang keras itu.

Baca juga :

Pada suatu hari Aryath yang saat itu memimpin kota Yaman diserang oleh salah satu anak buahnya yang bernama Abrahah untuk merebut kekuasaan dari genggaman tangannya. Peperangan terjadi dari dua kubu hingga menyebabkan Raja Aryath kalah dan Abrahah merebut kekuasaan dan menggantikan bangku kepemimpinan di negara Yaman tersebut. 

Tidak lama selang waktu dari peristiwa itu, Ratu Najasyi mendengar kabar bahwa Abrahah merampas kekuasaan Aryath. Seketika itu pula, Ratu Najasyi menyuruh budaknya untuk mengirimkan surat (surat kaisar) kepada Abrahah dengan isi ancaman terhadapnya karena sudah mengambil kekuasaan Aryath (panglima tentara Ratu Najasyi).

Setelah surat itu sampai pada tangan Abrahah, sontak dirinya langsung meminta maaf kepada Ratu Najasyi atas tindakan yang dilakukan kepada Aryath. Kemudian, Abrahah tetap pada kekuasaanya dan juga membangun Gereja yang terletak di negara Yaman. Apakah yang ia lakukan untuk meredam kemarahan Ratu Najasyi terhadapnya? 

Abrahah membalas surat yang ditujukan kepadanya dari Ratu dengan isi untuk memberitahukan bahwa dirinya telah membangun gereja di negara kekuasaanya yang akan di persembahkan kepada Ratu Najasyi.

“Ratu, saya memberitahukan bahwa telah membangun Gereja di negeri Yaman yang akan saya persembahkan untuk Ratu agar bisa menyaingi Ka’bah yang berada di Nakbarah Makkatul Mukarromah. Gereja tersebut diberi nama Gereja al Qulays.” 

Gereja Qulays dalam al Mufashalfi Tarikh al Arab Qabla al Islam (1968), sejarawan Jawwad Ali membeberkan struktur bangunan al Qulays yang begitu megah. Pintunya terbuat dari tembaga murni setinggi 10 hasta dan lebar 4 hasta. Lorong masuk ke pintu bagian dalam berukuran 8 x 40 hasta, dengan tiang-tiang yang digantungi pagar berukir dan berpaku dari emas dan perak. 

Setelah kabar itu sampai, kini berganti kabar yang menyebar luas terkait Abrahah yang akan menghentikan orang yang berkunjung ke Baitullah dan akan di pindah kepada al Qulays. Maka, ada salah seorang penduduk Mekkah Mukarromah yang menghampiri al Qulays karna mendengar kabar tidak baik menyisik di gendang telinga salah satu penduduk tersebut.

Salah satu penduduk Makkah tersebut masuk ke Gereja al Qulays dan melempar kotoran ke dalam Gereja tersebut. Prasangka buruk menyelinap dalam pikiran Abrahah. Berbagai tudahan dengan persepsi yang berbeda banyak ia dengar, sehingga pertimbangan akhir menyangka bahwa yang melakukan adalah penduduk Ka’bah. 

Setelah mengetahui pelaku atas kejadian tersebut, Abrahan marah dan murka sehingga dirinya langsung mengambil keputusan akan menghancurkan Ka’bah hingga rata dengan tanah. Padahal sebelum kita melakukan sesuatu harus berfikir secara matang terlebih dahulu. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Jaami’us Shaghir.        

إذا أردت أن تفعل أمرا فتدبر عاقبته فإن كان خيرا فأمضه، وإن كان شرا فانته. (إبن المبارك في الزهد عن أبي جعفر بن مسور الهاشمي مرسلا).

Artinya: "Ketika engkau hendak melakukan sesuatu, maka pikirkanlah terlebih dahulu akibatnya. Apabila akibatnya baik, maka kerjakan dan apabila tidak baik, jangan dikerjakan." (Diriwayatkan oleh Ibn Mubarak dari Abi Ja'far bin Masuur al-Haasyimi dalam kitab Jaami'us Shaghir, hlm. 18)

Abrahah bersama pasukan tentaranya yang semuanya menunggangi gajah tetap berangkat menuju Makkatul Mukarramah. Apa yang akan terjadi dari keangkaramurkaan yang Abrahah putuskan?

Perjalanan terus dilakukan, ketika Abrahah dan pasukan hampir sampai pada titik tujuan. Seketika keajaiban datang, semua tidak lain atas kehendak Allah SWT yang menurunkan burung. Burung tersebut kita kenal dengan Burung Ababil. Setiap burung tersebut membawa batu yang berasal dari neraka yang kemudian dilemparkan kepada Abrahah dan Pasukannya. Maka semua pasukan beserta Abrahah sendiri hancur lebur. Alhamdulillah, Ka’bah selamat dan pasukan Abrahah tumpas.

(Terjemah Kitab Misykatul Anwar) 



Penulis : Maulana Haris, Santri Pesantren Bahrul Ulum, Tangsil Kulon, Tenggarang, Bondowoso

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN