Putraku, Inilah Ibumu

Muhammad Risqian Akbaril, Siswa Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura di SMKN 5 Jember
Putraku...... 

Ini tulisan ibu, yang terserat hatinya menanggung rindu padamu. Air mata ibu terus mengalir tanpa henti sambil merangkai kata untuk menyampaikan pesanku padamu. 

Ibu melihat engkau seorang lelaki yang gagah dan matang. Luangkan waktumu untuk membaca tulisan ibu ini, sehabis itu kau boleh menginjak-injak tulisan ini, seperti engkau meremukkan sanubari ku sebelumnya.

Putraku.....

Pertama kali ibu memeriksa ketidak normalan isi perut ibu kepada sang dokter, ibu merasa bahagia karena dokter memberi kabar bahwa ibu sedang mengandungmu. Suatu awal kebahagian sekaligus perubahan psikis dan fisik. 

Sembilan bulan kiranya aku mengandungmu. Kulewati semua aktivitas dengan kesulitan karena isi perutku. Namun, semua itu tidak mengurangi kebahagiaanku,  kesengsaraan berkepanjangan ibu hadapi tanpa henti. 

Bahkan kematian, ibu lihat depan mata saat ibu melahirkanmu, seketika kesengsaraan dan kesakitan berubah menjadi linangan air mata kegembiraan saat ibu mendengar suara tangismu.

Baca juga : 

Selanjutnya, ketika kesehatan ibu mulai membaik dari masa melahirkanmu, ibu seperti pembantu tanpa kata lelah. Semua kegelisahan demi kebahagiaanmu, semua kesakitan demi kesehatanmu. 

Harapan ibu hanya satu, ingin melihat senyuman kegembiraan dibibirmu senantiasa tampak dihadapan ibu.

Putraku....

Waktu pun terus berjalan tanpa henti. Kau memasuki masa remaja, setelah kau selesai menempuh berbagai pendidikan, ibupun berikhtiyar mencarikanmu seorang gadis yang akan ibu jadikan pendamping hidupmu. 

Tibalah saatnya kau menikahi gadis pilihan ibu, tak kuat hati ibu melihat kepergianmu dengan kasihmu.

Namun, ibu tetap teguh dan menampakkan kegembiraan didepanmu, karena disitulah ibu dapat melihat kegagahan dan kemandirianmu yang sangat ibu harapkan, dan engkau putraku akan menempuh hidup baru.

Tanpa lelah waktu terus berjalan, ibu merasa kau bukanlah anak ku yang dulu, hak-hakmu yang dulu ibu penuhi sekarang mulai terlupakan. 

Sudah lama ibu tak bercengkrama dengan mu meskipun lewat telepon, apalagi bertatap muka. Ibu takkan meminta banyak padamu, ibu tak menuntut macam-macam padamu. 

Ibu hanya berharap, sebulan sekalilah kau gunakan gubuk ibu sebagai tempat persinggahan walau hanya beberapa menit, ibu ingin melihat wajahmu.

Putraku.....

Rambut ibu mulai memutih, punggung ibu pun mulai membungkuk bahkan penyakit tak pernah lelah mampir padaku. Ibu mulai sangat kesulitan untuk bergerak. 

Andaikan saja ada orang yang perhatian sama ibu, pasti ibu akan banyak-banyak berterima kasih kepadanya. 

Sementara ibu telah cukup lama berbuat baik kepadamu. Manakah balasan terima kasihmu pada ibu? Dosa apakah yang ibu lakukan, sehingga engkau sangat enggan menemui ibu? Baiklah putraku, anggap saja ibu sebagai pembantumu mana upahmu pada ibu selama ini? 

Ibu hanya ingin melihat wajahmu saja, tidak lebih dari itu. Bisakah kau luluhkan hatimu demi wanita tua yang dirundung kerinduan dan kesedihan ini? 

Ibu tak tega mengadukan kondisi ini kepada orang-orang sekitar lebih-lebih kepada Dzat yang maha kuasa, dan ibu tidak akan membeberkan kepedihan ini kepada orang lain. 

Karena itu semua akan membawamu pada jurang kedurhakaan. Musibah atau hukuman apapun yang menimpamu di dunia ini, ibu takkan pernah sampai hati melakukannya.

Saat ini ibu hanya ingin engkau datangi ibu dan mengusap kening ibu sambil berkata “Aku sayang Ibu”. Hanya itu yang ibu inginkan wahai putraku. 

Jangan kau lupakan ibu, karena bagaimana pun dirimu tetaplah putraku, buah hatiku serta cahaya dalam hidupku. Ibu tetap menyanyangimu putraku.


Penulis : Muhammad Risqian Akbaril, Siswa Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura di SMKN 5 Jember

Editor : Gufron


Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN