Eksistensi Menulis dan Cara Memanfaatkan Momen Ramadan

Nurul Yaqin, Aktivis dan Penulis Buku
Salah satunya adalah bulan penuh keberkahan, yang mana berdasarkan pada hadist Nabi Rasulullah SAW yang artinya: ”Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian.” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Dan juga setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadan akan dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT. 

Di dalam bulan penuh kemuliaan dan keberkahan ini, maka tidak hanya keberkahan di dalam menuai pahala saja yang bisa kita dapat, namun banyak keberkahan lainnya. Puasa ditinjau dari aspek ekonomi, maka Ramadan memberi keberkahan bagi para pedagang dan lainnya. Bagi fakir miskin, Ramadan membawa keberkahan tersendiri.
Pada bulan ini seorang muslim sangat digalakkan dan disunnahkan untuk berinfaq dan bersedekah kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah.
Nah, selain keberkahan-keberkahan di atas, tentu saja masih banyak keberkahan lainya. Apalagi Ramadan kali ini masih dalam suasana pandemi yang mengharuskan setiap orang untuk tidak melakukan kerumunan. Bisa jadi kita diharuskan berdiam diri di rumah. Bosan, pasti! Mau bagaimana lagi. Ya, kita pasrah pada keadaan dan senantiasa berhusnudzan saja, sembari berdoa semoga musibah pandemi segera hangus dari bumi Indonesia ini.
Melirik dari suatu keberkahan, bisa jadi kita pergunakan waktu luang kita selama Ramadan selain bertadarus, bersedekah, kita manfaatkan waktu untuk menulis. Mengapa harus menulis? Ya, menulis jauh lebih bermanfaat dari pada rebahan.
Baca juga :

Menulis adalah ajang untuk mengasah otak dan merealisasikan dalam bentuk tulisan-tulisan. Bagi saya, menulis adalah kebutuhan pokok yang mesti harus dipenuhi bukan kebutuhan sekunder apalagi kebutuhan tersier. Entah mengapa menulis menjadi rutin saya lakukan, karena eksistensi lewat postingan media sosial lumayan jarang saya lakukan lagi, lebih-lebih di bulan Ramadan kali ini.
Saya pikir menulis adalah bentuk eksistensi diri ketika yang lain sibuk dengan posting status atau foto selfie. Ehh, wait. Tapi, bukan berarti saya tidak gemar postang-posting, ya. Hehe. Saya akui sering kali bikin sebuah postingan, bahkan tak tanggung seperti kereta api yang tidak bakal berhenti sebelum merapat di stasiun tujuannya.
Menulis adalah seni mengekspresikan dan mengolah kata yang kadang bisa menyentuh tetapi kadang perlu berpikir dan mencari sumber bacaan lainnya.
Nah, akhir-akhir ini ada beberapa pesan yang masuk dan bertanya tentang tips untuk bisa eksis menulis. Jujur saya juga sulit untuk meluangkan waktu jika sedang sibuk, tetapi daripada tidak bisa tidur lebih baik saya menulis dan akhirnya tertidur. Hihihi.
Tetapi kadang saya juga bisa malas dan sedang tidak tertarik menulis lalu berpikir, emang ada yang mau baca tulisan saya, ya? Hahaha. Dengan tulus ikhlas saya tetap menulis meski kadang harus berkutat pada pengalaman, pikiran atau perasaan. Bisa jadi loh, apa yang saya tulis itu fiksi atau imajinasi. Namun, saya suka menulis.
Perihal malas. Wah, jangan ditanyakan lagi. Setiap manusia memang mempunyai titik jenuh dan takarannya masing-masing. Saya sendiri bukan tidak dihinggapi rasa malas, bahkan acap kali menghabiskan hari dengan sekadar duduk-duduk dan tiduran saja. So, tapi bukan berarti saya malas seterusnya, ya. Hehehe.
Saya malas hanya dalam lingkup waktu tertentu saja. Selebihnya saya pergunakan waktu sebaik mungkin, salah satunya adalah dengan menulis. Ya, menulis. Karena dengan menulis kita bisa mengambil pelajaran dan beragam makna yang terselip dalam kehidupan kita dan juga orang lain.
Kita boleh saja malas asal malasnya jangan sampai berkarat. Kalau sudah kadung berkarat kita kemungkinan akan sangat sulit untuk mengembalikannya pada keadaan semula bahkan akan sia-sia. Dalam al-Qur’an surah al-A’raf ayat 34, Allah SWT berfirman:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya: “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”
Terlepas dari semua itu, ada beberapa tips yang perlu saya sebagai penulis pemula kemukakan. Itu pun tak lepas dari pengalaman-pengalaman selama saya berkecimpung di dunia tulis menulis.
Nah, berikut ini 5A tips eksis untuk tetap menulis.
Amati
Apa yang sedang terjadi dengan dunia sekitar anda? Anda bisa lihat di sumber berita elektronik atau cetak. Anda bisa dengar dari gosip atau obrolan dengan rekan kerja. Atau, anda bisa cek dari media sosial yang kadang banyak teman-teman yang berbagi pendapat atau informasi seputar hal terkini yang sedang terjadi. Tak melulu soal berita, bisa jadi soal travelling saat anda berpergian, dengan begitu anda bisa amati hal-hal yang menarik untuk dijadikan bahan tulisan.
Amati pula hobi atau minat anda yang lain, masak misalnya. Tulis bahan dan cara membuat kemudian praktekkan menjadi kumpulan artikel resep. Apa pun itu bahkan soal fashion jika anda memiliki kecintaan pada dunia gaya berbusana, anda bisa sampaikan pendapat dan karya anda lewat tulisan. Amati, amati dan amati sehingga anda pasti akan menemukan ide untuk menulis. Alami!
Jika sudah menemukan satu ide, sebaiknya langsung ambil hape atau notes buat corat coret supaya tidak lupa. Ide tulisan tadi yang tersimpan sebaiknya ditambahkan dengan pengalaman atau perasaan. Menulis adalah seni. Jadi jika anda mampu mengekspresikan apa yang dialami lewat tulisan, dijamin tulisan itu adalah cara anda memiliki ‘sense’ yang mencitrakan anda sendiri. Alami bukan berarti lepas dari imajinasi dan fantasi loh. Masukkan saja apa yang menjadi kekuatan cerita atau ide menulis anda. Jangan terpaku dengan struktur kata dan tata bahasa, tahap ini anda belum bertugas menata dan mengedit. Tahapnya masih nanti untuk mengecek dan review tulisan. Pastinya jangan berpikir untuk sempurna dalam menulis, kecuali anda ikut ajang kompetisi menulis. Anda adalah anda, tulislah apa yang menjadi diri anda sendiri.
Baca Juga :
Aktualisasikan
Kini buatlah tulisan itu menjadi nyata dengan segala hal yang anda punyai. Apa pun itu, buatlah tulisan anda semenarik mungkin dengan sumber yang dipercaya. Sisipkan foto untuk meyakinkan tulisan anda.
Kini tersebar foto-foto yang bebas anda masukkan dengan mencantumkan asal sumbernya. Sisipkan opini atau pendapat ahli atau public figure yang menguatkan opini anda. Atau sampaikan pendapat anda berdasarkan bahan bacaan yang anda temukan misalnya.
Sebaik-baiknya pengalaman dan pendapat anda, jika tidak disampaikan dalam tulisan tentu akan terlupakan. Gunakan kesempatan anda menulis saat anda tahu bahwa pengalaman atau pendapat anda layak untuk dibaca.
Atur
Kini bagian untuk mengatur tulisan, merapikan, membaca kembali dan menata agar tulisan anda layak dibaca. Jadilah pembaca usai anda berhenti menulis. Tata kembali kalimat-kalimat yang menurut anda tidak perlu atau terdengar aneh. Atur kembali tulisan anda agar terlihat menarik.
Ingat tampilan juga ditentukan oleh judul. Atur judul yang menarik pembaca untuk mengenal tulisan anda. Dimana kekuatan yang anda miliki, deskripsi yang detail, kata atau kalimat yang puitis atau foto yang menarik tulisan. Apa pun itu, mengatur tetap diperlukan agar tulisan kita layak dibaca.
Ajukan jadi buku
Ini tahap final dimana anda sudah bisa menyebutnya karya tulisan. Ajukanlah tulisan anda di sebuah penerbitan. Zaman sekarang tidak lagi perlu untuk kamu berpusing ria. Tidak diterima di penerbitan mayor. Jangan lantas berkecil hati. Banyak penerbit-penerbit indie atau semi mayor yang menawarkan beragam paket penerbitan mulai dari harga paling murah hingga terbit gratis.

So, sangat mudah, bukan? Maka, daripada itu pergunakanlah kesempatan menulismu sebaik mungkin.

Cara Memanfaatkan Momen Ramadan Untuk Menyelesaikan Menulis Satu Buku.

Tentukan Buku yang Akan Ditulis Secara Realistis Dalam Waktu Paling Sedikit 25 Hari dan Maksimal 30 Hari

Jangan berpikir menulis buku yang perlu banyak research dan referensi. Saya sarankan, selain novel sekitar 25 bab pendek, bisa juga buku kumpulan cerpen, buku kumpulan kisah inspiratif berdasarkan kisah nyata yang pernah dialami, dan sejenisnya. Carilah benang merah atau tema yang sama agar jika dibukukan tidak kacau materinya. 

Tentukan Waktu yang Ingin Dimanfaatkan Untuk Menulis

Waktu yang paling pas di bulan Ramadan adalah sebelum atau setelah sahur. Pilihan waktu setelah tarawih mungkin secara energi kurang pas apalagi di siang bolong, karena kondisi tubuh kita catat perut, bisa saja kemrucuk dan itu akan sangat menganggu konsentrasi.

Disiplinlah dengan waktu yang telah ditetapkan. Jangan coba cheating (menipu) karena malas. Jika sedang keluar kota, tetap usahakan menulis dan biasakan membawa buku catatan atau membayarnya dengan waktu yang sama di hari berikutnya. Artinya, kita bisa menambah waktu menulis.

Tulisan sebaiknya di-posting di media digital mana pun (KBM, Wattpad, dll), lalu share di media sosial agar orang bisa ikut membaca dan menilai. Komentar positif akan membuat kita semakin semangat menyelesaikan proyek ini. Abaikan untuk mengedit hal-hal berbau mayor. Karena jika sampai memfokuskan pada yang berbau mayor bisa jadi tulisan kita gak kelar-kelar dan kalian malah hanya sekadar ngadep laptop, dan ketik hapus, ketik hapus sampai jari-jarimu keriting. Hehe.

Beri tahu orang-orang sekitar bahwa kita memang sedang membuat proyek menulis sehingga mereka akan mendukung kita. 

Selain itu, manfaat Menulis di Bulan Ramadan di antaranya adalah lebih disiplin, karena mengikuti jadwal sahur bulan Ramadan. Karena menulis di bulan suci, tulisan pun terjaga dari pemilihan kata-kata yang tidak pantas. Sangat pas menulis buku anak, buku islami dan juga artikel-artikel bernuansa religi. Merasakan nikmat karena bisa mengisi bulan puasa dengan sesuatu yang bermanfaat.

Terima kasih. 

Semangat Menulis!


Penulis : Nurul Yaqin, Aktivis dan Penulis Buku

Editor    : Muhlas

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN