Lestarikan Tradisi Pesantren, Ini yang Dilakukan MWC NU Wonosari

Kegiatan Ngaji Kitab Kuning yang diadakan oleh MWC NU Wonosari
Tradisi pesantren tidaklah jauh berbeda dengan tradisi NU. Dalam hal ini, demi melestarikan tradisi pesantren yaitu Ngaji Kitab Kuning, Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Wonosari menggelar Ngaji Ramadan di kantor MWC NU Wonosari, Bondowoso (26/04).

Kegiatan tersebut dilaksanakan menjelang buka puasa dan diawali dengan pembacaan istighatsah, Surat Yaasiin, dan tahlil.

Abdul Wasik, M. HI, selaku Ketua Tanfidziyah MWC NU Wonosari menjelaskan bahwa kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak pekan yang lalu dan pemateri pertama adalah dirinya sendiri.

"Kali ini pematerinya KH. Muhammad Hasyim Shonhaji dan hari ini merupakan kegiatan yang kedua kalinya karena memang oleh MWC NU Wonosari dijadwalkan tiap minggu sekali," tuturnya kepada tim wartanu.com, Senin (26/04).

Baca Juga :

Flayer Kegiatan Ngaji Ramadan MWC NU Wonosari (Foto Istimewa) 
Lebih lanjut, Wasik menjelaskan, kegiatan yang dilaksanakannnya itu semata-mata untuk melestarikan kegiatan-kegiatan yang memang sudah rutin dilaksanakan di pesantren, yaitu Ngaji Kitab Kuning.

"Dengan diadakannya Ngaji Ramadan ini, kita bisa mengasah kembali kitab kuning dan melestarikan tradisi-tradisi pesantren kemudian dibawa ke kegiatan-kegiatan NU, sehingga maroji' (sumber rujukan)-nya itu asli tidak mengopas dari Mbah Google tetapi mengutip dari kitab-kitab ulama salafunas shalih," jelasnya.

Dirinya juga sangat mengapresiasi karena kegiatan tersebut mendapatkan signal positif dari masyarakat, khususnya pengurus NU dan kader NU di Kecamatan Wonosari.

"Kegiatan ini akan berlanjut tidak hanya di bulan Ramadan saja, namun juga di bulan-bulan lainnya dan secara rutin," paparnya.

Wasik juga berharap, kegiatan tersebut dapat berkembang bukan hanya di MWC NU Wonosari saja, akan tetapi bisa dilaksanakan di Ranting NU bahkan Anak Ranting NU.

"Selain itu, dengan kegiatan ini semoga tali silaturahmi antar pengurus NU, baik MWC NU, Ranting, Anak Ranting, serta Banom-banomnya semakin erat," harapnya.

KH. Muhammad Hasyim Shonhaji, Mustasyar MWC NU Wonosari menyebut Malam Lailatul Qadar menjadi sesuatu yang waktunya dirahasiakan sehingga tidak bisa ditemukan qaul yang ittifaq tentang kapan terjadinya Malam Lailatul Qadar.

"Memang dibuat rahasia Malam Lailatul Qadar itu, agar kita selalu mencari dan pencarian kita semoga diridhai oleh Allah SWT karena pencarian kita atas Malam Lailatul Qadar ini adalah bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT," ungkapnya.

KH. Muhammad Hasyim Shonhaji yang kerap disapa Lora Muhammad juga membeberkan bahwa dalam mencari ridha Allah SWT, yang dinilai bukanlah hasilnya melainkan usahanya.

"Jangankan sampai didapat, bergerak saja untuk mendapatkan itu, maka itu adalah bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT," tuturnya.

Tidak hanya itu, Lora Muhammad juga menjelaskan bahwa latar belakang diturunkannya Malam Lailatul Qadar adalah berangkat dari buah kegelisahan umat Nabi Muhammad SAW.

"Nabi Muhammad SAW gelisah ketika umatnya dibandingkan dengan umat sebelumnya, karena umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang paling akhir dari segi penciptaannya. Sehingga berbicara kekebalan dan panjangnya umur dalam beribadah kepada Allah SWT tidaklah sebanding dengan umat sebelum Nabi Muhammad SAW," jelasnya.

"Yang menjadi kegelisahan Nabi Muhammad SAW ialah apa yang akan diandalkan umatnya ketika dibandingkan dengan umat sebelumnya yang gagah perkasa dan berumur panjang. Mau mengandalkan ibadah? Kalah lama dengan umat-umat sebelumnya," tambahnya.

Oleh karena kegelisahan itu, akhirnya Allah SWT menurunkan wahyu melalui Malaikat Jibril tentang datangnya Malam Lailatul Qadar sebagai andalan umat Nabi Muhammad SAW.

"Umat terdahulu memang gagah perkasa, umurnya panjang-panjang, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW berbanding terbalik. Namun, dibalik itu semua Allah SWT memberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW sebuah malam yang lebih utama daripada 1000 bulan, yaitu Malam Lailatul Qadar," tegas Lora Muhammad.

"Barangsiapa di bulan Ramadan beribadah bertepatan dengan Malam Lailatul Qadar, maka umat terdahulu yang beribadah sampai 80 tahun dan tidak pernah melakukan maksiat sekejap mata pun akan kalah dengan umat Nabi Muhammad SAW yang beribadah bertepatan dengan malam lailatul qadar. Karena 1000 bulan sama halnya dengan 83 tahun. Artinya, umat Nabi Muhammad SAW menang 3 tahun daripada umat terdahulu itu," tambahnya mengakhiri.

Kegiatan tersebut diakhiri dengan buka bersama sebagai ajang pererat solidaritas antar kader NU dan KH. Muhammad Hasyim Shonhaji juga bergabung dengan kader NU ketika berbuka puasa ini.


Penulis : Muhlas

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN