Muliakan Bulan Penuh Berkah, PMII STIT Pringsewu Berbagi Takjil, dan Doa Bersama

PK PMII STIT Pringsewu bagi-bagi takjil di bulan yang penuh berkah. 
Pringsewu_Dalam momentum Peringatan Harlah PMII dan Hari Kartini di bulan Ramadan, puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat STIT Pringsewu menggelar aksi berbagi Takjil dan Doa Bersama, Jumat (23/04).

Aksi berbagi takjil dilaksanakan di lokasi Jl. Raya Lintas Pringsewu mulai pukul 16:30 hingga menjelang maghrib. Start bagi-bagi takjil dimulai dari depan Sekretariat PMII STIT Pringsewu, lalu di rest area dan berakhir di Tugu Gajah Pringsewu.

Kegiatan tersebut diikuti oleh pengurus dan anggota PMII Komisariat STIT Pringsewu dan disambut ramai oleh pengguna jalan raya serta masyarakat sekitar yang melintas.

Ketua PMII Komisariat STIT Pringsewu, Abi Rifai mengatakan, rangkaian kegiatan Peringatan Harlah PMII dan Hari Kartini diawali dengan berbagi Takjil, lalu Buka Bersama di Sekretariat PMII STIT Pringsewu, dan diakhiri dengan Salat Tarawih dan Doa Bersama. 

Baca Juga :

Bagi-bagi Takjil kepada masyarakat oleh PK PMII STIT Pringsewu di Jl. Raya Lintas Pringsewu
"Harlah PMII tahun ini bertepatan dengan bulan Ramadan. Selain itu, juga ada Hari Kartini yang belum lama ini peringatannya. Karena bertepatan dengan bulan Ramadan, kami memperingati hari besar itu dengan bagi-bagi takjil, buka bersama dan terakhir Salat Tarawih disambung doa bersama," ungkapnya.

"Semoga dengan adanya kegiatan ini para kader dapat meneladani dan menjadikan R.A Kartini sebagai tokoh perempuan nasional," harapnya mengakhiri.

Dalam upaya meneladani sosok R.A Kartini, Laili Nurbaiti, Ketua Kopri Komisariat STIT Pringsewu mengupayakannya melalui kegiatan bagi-bagi takjil di bulan Ramadan dengan harapan menumbuhkan jiwa empati kepada orang lain, terutama orang-orang yang butuh pertolongan ataupun bantuan.

Pengurus dan kader PMII STIT Pringsewu
"Dengan adanya kegiatan ini semoga bisa memberikan semangat juang atau membangkitkan lagi semangat Kopri untuk terus berdaya dan cerdas secara intelektual dan tidak ada lagi budaya patriarki," harapnya.

Lebih lanjut, Laili mencontohkan kaderisasi Kopri pada jaman kolonial yang mana perempuan dianggap kelas dua, lalu perjuangannya sebatas di dapur, sumur dan kasur. Sekarang, menurut Laili, perempuan bisa memilih ingin berkiprah dimana pun. 

“Di dunia pergerakan, kader perempuan berhak dan layak menjadi pemimpin, menyuarakan pendapat, berkarya dan berprestasi. Karena perempuan cerdas akan melahirkan generasi-generasi yang berkualitas,” tutup Laili.


Kontributor : Yusuf Setiawan

Editor : Muhlas

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN