Sejarah Singkat Nuzulul Qur’an

Ilustrasi Nuzulul Qur'an (Foto : Tim Kreatif) 
Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan kepada nabi agung, yakni baginda Nabi Muhammad SAW. Diturunkannya al-Qur’an ke muka bumi tidak lain sebagai petunjuk bagi manusia (هدى للناس) dan sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil.

Penjelasan ini sebagaimana dalam ayat al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 185. Maka, pada tanggal 17 bulan Ramadan al-Qur’an diturunkan dengan tujuan yang telah dijelaskan.

Syekh M. Ali As-Shabuni pernah bercerita bahwa turunnya al-Qur’an bersamaan dengan umurnya Rasulullah SAW yang ke-40 tahun. Pada saat itu, Rasulullah SAW sedang uzlah di gua Hira. Kemudian, Malaikat Jibril tiba-tiba datang membawa wahyu. Kedatangannya langsung memeluk dan melepaskan Rasulullah SAW diulang-ulang sampai 3 kali.

Kemudian, di setiap pelukan tersebut Malaikat Jibril mengatakan dengan satu kata yaitu “Iqra’!”. Namun, Rasulullah SAW menjawab bahwa dirinya tidak mengenal bacaan. Hingga akhirnya Malaikat Jibril membaca Surat al-Alaq ayat 1-5. Inilah awal mula turunnya wahyu yaitu al-Qur'anul karim, dimana sampai saat ini harus dan tentu kita rawat serta amalkan.

Baca Juga :

Sebelum peristiwa agung ini terjadi, beberapa petunjuk mengisyaratkan semakin dekatnya turun wahyu dan kenabian Rasulullah SAW. Maka, bisa jadi sebagian tanda itu adalah mimpi yang dialami Rasulullah SAW yang disusul dengan adanya peristiwa nyata sesuai dengan apa yang beliau mimpikan.

Diantara tandanya adalah kesenangan beliau ber-uzlah (menyepi) menjelang turunnya wahyu. (Syekh M. Ali as-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, Darul Mawahib al-Islamiyah, 2016, hlm 14-15).

Maka, dengan cerita ini menjadi salah satu kemuliaan besar di bulan Ramadan yaitu diturunkannya al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW sekaligus kitab untuk umat muslim. Maka kemudian, harus dan perlu disimak dan diketahui bersama bahwa ada 3 fase kitab suci tersebut diturunkan.

Fase pertama, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-Buruuj (85): 21-22, sebagaimana berikut: 

بل هو قرآن مجيد (21) في لوح محفوظ(22)

Artinya : “Bahkan (yang didustakan itu) ialah al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).”

Ayat di atas sangatlah jelas bahwa pada fase pertama al-Qur’an diturunkan ke Lauhul Mahfudz secara keseluruhan. Para mufassir pun juga menyepakati dengan adanya ayat tersebut.

Fase kedua, lanjutan dari fase sebelumnya yakni fase pertama. Landasan fase kedua terdapat dalam firman Allah SWT sebagai berikut:

شهر رمضان الذي انزل فيه القرآن هدى للناس ووبينت من الهدى والفرقان 

Artinya : “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil.” (QS. al-Baqarah (2): 185).

Dengan adanya ayat di atas, pada fase kedua ini kitab suci diturunkan secara utuh dari Lauhul Mahfudz ke Baitul ‘Izzah pada Bulan Ramadan ini. Serta, juga bertepatan dengan malam Lailatul Qadar.

Ayat di atas juga dikuatkan dengan hadits berikut:

فصل القرآن من الذكر (اي: اللوح المحفوظ)، فو ضع في بيت العزة من السماء الد نيا، فجعل جبريل عليه السلام ينزل به على النبي صل الله علبه وسلم 

Artinya : “Al-Qur’an dipisahkan dari ad-Dzikr (Lauhul Mahfudz) lalu diletakkan di Baitul 'Izzah atau langit dunia. Kemudian Malaikat Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW.” (HR. Hakim dalam al-Mustadrak).

Fase ketiga, fase terakhir turunnya al-Qur’an. Pada fase ini, al-Qur’an yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, ayat-ayatnya turun secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian peritiwa pada saat itu.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. as-Syu’ara berikut:

نزل به الروح الأمين (193) عل قلبك لتكون من المنذرين (194) بلسان عربي مبين (195) 

Artinya : “Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Malaikat Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. as-Syu’ara (26): 193-195).

Tentu masih banyak lagi pandangan yang harus dilihat, tidak hanya dengan satu acuan maupun fokus pada satu titik referensi. Banyak sebagian ulama memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan Sejarah Nuzulul Qur’an.

Semoga dapat memberikan kebermanfaatan sehingga al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad AW ini dapat diamalkan dan dijaga serta dirawat oleh umatnya, khususnya umat islam tersendiri.


Penulis : Maulana Haris

Editor : Muhlas

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN