Mengusir Covid-19 Dengan Burdah

Ilustrasi, Cara mengusir  Covid-19 dengan pembacaan Burdah
Ikhtiar saja tidak berdoa itu sombong, sedang berdoa saja tidak ikhtiar itu omong kosong.

Pandemi Covid-19 cukup membuat kita semua berantakan lahir batin. Untuk itu, kami masyarakat Kalipang Krikilan berdoa atau berwasilah melalui syair Imam Bushiri agar pandemi ini berakhir.

Cara ini salah satu yang diajarkan ulama saat pandemi. Vaksin sudah, jaga imun sudah dan kini saatnya berdoa melalui Burdah karya Imam al-Bushiri.

Kenapa harus Burdah?

Sayyid Mahmud Faidh al-Manufi menulis di dalam bukunya, Jawharat al-Awliya’, bahwa Imam al-Bushiri adalah seorang pujangga yang konsisten dalam hidupnya sebagai seorang zuhud sampai akhir hayatnya.

Baca Juga :

Karya sastranya yang paling monumental adalah Burdah. Syair ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, seperti Persia, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Pastum, Indonesia atau Melayu, Inggris, Prancis, Jerman, Italia dan lain lain.

Nama aslinya Imam Syarafuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Zaid al-Bushiri (610-695 H / 1213-1296 M). Ia keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko, dan dibesarkan di Bushir, Mesir. Ia murid sufi besar Imam Asy-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abul Abbas al-Mursi, tokoh Tarekat Syadziliyah.

Maulana Sholehodin, Wakil Ketua LPBH PCNU Pasuruan
Shalawat Burdah ciptaan Imam Bushiri ini dipercaya dan diyakini menjadi obat mujarab pada masa pandemi, karena suatu ketika Imam al-Bushiri menderita sakit lumpuh dan tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Lalu Imam al-Bushiri menulis syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi Muhammad SAW dengan maksud memohon syafaatnya. 

Setelah 160 bait syair selesai, di dalam tidurnya, Imam al-Bushiri bermimpi berjumpa Nabi Muhammad SAW. Diusaplah wajah Imam al-Bushiri kemudian Nabi Muhammad SAW melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh Imam al-Bushiri. Ketika bangun dari mimpinya, seketika itu juga Imam al-Bushiri sembuh dari lumpuhnya.

Al-Burdah menurut etimologi banyak mengandung arti, antara lain baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisa dibedakan dengan pejabat negara lainnya.

Al-Burdah juga dimaknai selimut, karena dalam mimpi Imam al-Bushiri diselimuti oleh Nabi Muhammad SAW. Maka syair ini disebut Burdah.

Imam al-Bushiri setelah wafat dimakamkan di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih diziarahi orang. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abul Abbas al-Mursi.

Baca Juga :

Memuji Nabi Muhammad SAW bukan menganggap Nabi sebagai Tuhan. Menyanjung Rasulullah SAW adalah mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai manusia pilihan. Wa maa arsalnaaka illa rahmatan lil’alamin—Kami tidak mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali (sebagai) rahmat bagi alam semesta.

Kita telah berusaha dengan keras. Kita telah berdoa dengan tulus. Selanjutnya Allah SWT yang menentukan. Semoga pandemi ini berakhir.


Penulis : Maulana Sholehodin, Wakil Ketua LPBH PCNU Pasuruan

Editor : Muhlas

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN