MWC NU Sukosari Konsisten Pertahankan Kajian Keaswajaan Sejak 15 Tahun Silam

Suasana kajian keaswajaan oleh MWC NU Sukosari
Memberikan pemahaman seputar keaswajaan kepada kader dan warga nahdliyyin begitu penting untuk dilaksanakan agar bisa memperkokoh Islam Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah dan tidak terpengaruh pada Islam Radikal mau pun Liberal.

Hal tersebut sejak 15 tahun lalu tetap konsisten dilaksanakan oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Sukosari sampai hari ini di Kantor MWC NU Sukosari, Bondowoso, Ahad (15/08).

Kajian keaswajaan ini diikuti langsung oleh segenap Pengurus MWCNU Sukosari, Banom, dan masyarakat setempat dengan tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah.

Baca Juga : 

Ketua MWC NU Sukosari, Ustad Fajri, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut sudah sejak 15 tahun silam sampai hari ini tetap dilaksanakan. Maksut dan tujuannya tak lain untuk memberikan pemahaman keaswajaan kepada masyarakat.

“Ini ikhtiar kami dalam upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya berilmu dan menambah wawasan keaswajaan,” katanya.

Ustad Fajri juga menyebutkan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan setiap Ahad di Kantor MWC NU Sukosari. Tapi, setelah adanya Pandemi Covid-19 kegiatan tersebut sempat vakum.

“Sempat vakum beberapa bulan karena Pandemi Covid-19. Tapi, setelah itu aktif kembali dengan tertib dan tentunya menggunakan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah,” katanya.

Kajian keaswajaan ini dipimpin langsung oleh Ketua MUI Sukosari, KH. Wahid Hasyim. Kitab yang digunakan adalah Kitab Bidayatul Hidayah karya Abi Hamid al-Ghazali. Dalam kajiannya itu ia berpesan, bahwa apabila ada orang yang minta pertolongan harus ditolong.

“Orang yang meminta tolong ketika ditolong oleh orang lain hendaknya berterima kasihlah terlebih dahulu kepada Allah SWT baru kemudian kepada orang yang menolong,” katanya.

KH. Wahid juga menyebutkan ada banyak cara untuk membalas kebaikan seseorang. Salah satunya dengan berterima kasih dan mendoakan.

“Kalau kita diberi uang oleh seseorang kemudian tidak mampu membalasnya dengan uang pula, jangan bingung. Ada banyak cara yang bisa dilakukan seperti berterima kasih kepada yang memberikan kemudian mendoakannya agar apa yang sudah diberikan oleh orang itu diganti atau dibalas oleh Allah SWT dengan setimpal,” tambahnya.

Lebih lanjut, KH. Wahid menerangkan bahwa ketika manusia didzalimi, hendaknya tidak membalasnya dengan kedzaliman pula.

Baca Juga : Refleksi Kehidupan Sehari-hari

“Misalkan ada teman kalian yang sombong atau kelakuannya tidak baik kepada kalian atau orang lain, kalian jangan sampai mencaci makinya atau membalas perbuatan tidak baiknya. Doakan saja, semoga orang yang tidak baik itu menjadi baik. Setelah berdoa, pasrahkan semuanya pada Allah SWT,” pungkasnya.

Kegiatan tersebut diakhiri dengan pembacaan Shalawat Nariyah dan doa yang dipimpin langsung oleh KH. Wahid Hasyim.


Kontributor : Iwan

Editor : Muhlas

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN