Wakil Rais Syuriyah PCNU Bondowoso Sebut PMII Sebagai Bagian dari Gerakan Keislaman Aswaja

KH. Mas'ud Ali, Wakil Rais Syuriyah PCNU Bondowoso. (Foto : Tim Kreatif) 
Bondowoso - Wakil Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Bondowoso, Dr. KH. Mas'ud Ali menyebut Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai bagian dari gerakan keislaman Ahlussunnah Wal Jamaah.

Hal tersebut disampaikan oleh KH. Mas'ud Ali ketika menjadi narasumber dalam Peringatan Harlah PMII Ke-62 dan Nuzulul Qur'an yang diselenggarakan oleh PC PMII Bondowoso di Graha PMII Bondowoso pekan lalu, Kamis (21/04/2022).

Baca Juga : 

Dalam menyampaikan kilas balik PMII, KH. Mas'ud menyampaikan bahwa PMII adalah bagian dari gerakan keagamaan, gerakan keislaman yang dibentuk oleh senior pada lingkup mahasiswa.

"Agar nanti mahasiswa yang bergabung dalam PMII dapat menyuarakan ajaran Islam Aswaja di kampus," katanya.

Selain itu, PMII menurutnya juga mempunyai tanggung jawab moral selain menjaga akidah Islam Aswaja di kampus.

"PMII juga mempunyai tanggung jawab untuk mengawal nilai-nilai kemahasiswaan yang tentu tidak jauh berbeda dengan nilai-nilai kebangsaan," ujarnya.

Menurut KH. Mas'ud, nilai-nilai tersebut di antaranya adalah nilai-nilai kebudayaan yang juga harus dikawal oleh PMII.

"Termasuk di antaranya adalah PMII dibentuk untuk mengawal kedaulatan NKRI," ungkapnya.

PMII, lanjut KH. Mas'ud, merupakan organisasi yang sejalan dengan tujuan berdirinya NU.

"Karena PMII lahir dari semangat para senior yang ada di NU untuk mengakomodir, menyampaikan atau membentengi ajaran Islam Aswaja di kalangan mahasiswa," lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, KH. Mas'ud juga mengulas seputar Nuzulul Qur'an. Baginya, Nuzulul Qur'an adalah satu sejarah yang tidak bisa dilupakan. Sebab, al-Qur'an diturunkan untuk mengawal peradaban manusia.

Baca Juga : 

"Ayat pertama yang turun adalah ayat yang mengandung perintah membaca. Bahasa sekarang adalah kita harus melek literasi. Peradaban apapun di dunia tanpa dibarengi dengan kemampuan literasi maka kita akan kalah," katanya, menguraikan.

PMII dalam hal ini, lanjutnya, harus memiliki kemampuan literasi untuk mengatasi problematika yang terjadi di sekitar.

"Ayat pertama yang turun adalah perintah membaca. Nah bagaimana PMII ini dapat membaca hal-hal yang menjadi problem selama ini, agar kehadiran PMII itu berguna di masyarakat," lanjutnya.

Menurut KH. Mas'ud, modal dasar PMII untuk mengatasi problem yang terjadi di sekitar adalah membaca.

"Kemudian dengan makna lain, sebagai insan akademik PMII tidak boleh menutup mata terhadap perkembangan-perkembangan yang muncul di luar. PMII harus merespon itu dan cara yang bisa dilakukan adalah dengan membaca kemudian menjadi aksi," ungkapnya.

KH. Mas'ud yang juga Dosen UIN KHAS Jember ini juga mengingatkan kepada PMII untuk tidak melupakan ayat terakhir yaitu Surat al-Baqarah yang turun pada Nabi Muhammad SAW dalam melakukan gerakan.

"Apa yang turun kepada Nabi dalam Surat al-Baqarah itu adalah ayat yang mengandung makna akuntabilitas atau pertanggung jawaban. Jadi, pengurus PMII ini juga harus mempertanggung jawabkan tugasnya di dunia dan di akhirat," katanya, mengingatkan.

Siapapun yang diberi tugas dan tanggung jawab, kata KH. Mas'ud, harus mempertanggung jawabkan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

"Jadi, modalnya adalah iqra' (membaca) dan ditutup dengan pertanggung jawaban atau akuntabilitas kita," pungkasnya. (*)


Penulis : Muhlas

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN