Konsep Sekolah Bahagia ala LP Ma'arif PBNU, Berikut Komponen Pentingnya

 

Ilustrasi Konsep Sekolah Bahagia ala LP Ma'arif PBNU.
(Foto: Istimewa)

Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) merencanakan Konsep Sekolah Bahagia menjelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang akan dilaksanakan di Universitas Islam Malang, Jawa Timur.

Kegiatan Rakernas LP Ma'arif PBNU tersebut akan dilaksanakan selama empat hari yakni pada Jum'at, 26 Agustus 2022 sampai Senin, 29 Agustus 2022.

Ketua LP Ma'arif PBNU, Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, MT mengatakan bahwa lembaga pendidikan di bawah naungan LP Ma'arif NU harus mampu memberikan kebahagiaan kepada peserta didiknya.

"Lembaga Pendidikan di bawah naungan LP Ma'arif NU harus mampu menghadirkan bahagia dalam memuliakan aspek psikologis, mengokohkan aspek fisiknya, menata sistem sosial dan memberikan ruang berpikir sesuai minat dan bakat siswanya," katanya, dikutip dari akun Instagram @tvnu.id.

Untuk menunjang kebahagiaan tersebut, Prof. Muhammad sudah menyiapkan empat komponen penting dalam Konsep Sekolah Bahagia ala LP Ma'arif PBNU.

Baca Juga : 

Empat komponen tersebut di antaranya adalah sisi psikologis, transformasi pengetahuan, menciptakan ruang sosial dan ruang berpikir yang optimal.

Pertama, sisi psikologis. Menurut Prof. Muhammad, sisi psikologis ini harus dibangun sedemikian rupa untuk memanusiakan manusia sebagai dasar proses pembelajaran.

Baginya, kreasi dan rekreasi harus menjadi proses pembelajaran di dalam madrasah dan sekolah Ma'arif.

"Madrasah kita adalah tempat paling aman, paling nyaman bagi mereka untuk melakukan proses tumbuh kembang secara optimal dari sisi psikologis," jelasnya.

Kedua, transformasi pengetahuan dan nilai yang harus dilengkapkan dengan penguatan aspek jasad. Menurutnya, siswa yang belajar di LP Ma'arif adalah anak-anak yang kuat secara fisik dan pengolahannya.

"Sebuah proses pendidikan tidak an sich mengelola kecerdasan yang sifatnya bersumber dari kecerdasan akal, tetapi dia harus ditopang oleh kesehatan fisik dan kecerdasan mental," ungkapnya.

Ketiga, menciptakan ruang sosial. Bagi Prof. Dr. H. Muhammad, ruang sosial ini harus diciptakan karena manusia adalah makhluk sosial.

Baca Juga : 

Menurut Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI ini, setelah dimensi psikologis dan fisik, hal lain yang juga harus disentuh adalah dimensi sosial.

"Kemampuan sosial ini bagian penting yang tidak boleh ditanggalkan, karena kita berkeinginan bahwa seseorang ketika dia hadir di lingkungan masyarakat, kita ingin menciptakan insan-insan yang terbaik," katanya.

Keempat, ruang berpikir yang optimal. Proses berpikir siswa, menurutnya, tidak boleh terhalang, tersendat oleh hal-hal yang sifatnya sekadar hafalan.

"Siswa harus memahami tekstual dan kontekstual dari apa yang dipelajari," pungkasnya. (*)



Penulis : Muhlas

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN