TINTA HITAM

Fazat Nailatul Maghfirah (1903407141015) Mahasiswa aktif Fakultas Kebidanan-Universitas Islam Jember (UIJ) (Foto : Kreatif) 
Langit memancarkan anugerah tak habis-habis. Gerimis turun sejak siang dan tak juga membesar. Gelombang sungai baru saja tenang setelah marah meletup-letup selama pekan lalu. Dua hari lalu, airnya naik hingga sembilan meter, seakan kicau burung tak akan lagi terdengar. Namun, keramaian anak-anak tidak menuntutnya untuk tidak bersuara.

“Rayhan, ayo main hujan,” ajak teman-temannya.

“Tidak Satya. Kalau aku main hujan bagaimana dengan pakaianku?”

“Tenang Rayhan, kamu boleh meminjam bajuku,” ujar Satya.

“Ya Rayhan, kalau mau kamu juga bisa meminjam pakaianku,” saut Bimo.

    Pikiran Rayhan bimbang membuatnya meneteskan air mata. Menjadi seorang anak tanpa kedua orangtua memang menyedihkan. Hidup tanpa bimbingan, dukungan dan kasih sayang orang tua memang membuat jiwanya terpukul. Anak kecil yang bernama Rayhan Abdullah Said ini menjadi yatim piatu setelah kejadian 8 tahun lalu pada saat ia berusia 1 tahun yang menyebabkan kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Namun, ia tak putus harapan tentang hidupnya. Sang nenek masih sanggup membimbing dan merawatnya. Namun, karena kondisi ekonomi mereka rendah, Rayhan tidak bisa melanjutkan pendidikan sekolahnya, jangankan untuk sekolah, kebutuhan pokoknya saja masih bisa dihitung jari.

“Rayhan,,, Rayhan... dimana kamu nak, sini bantu nenek?” panggil sang nenek.

“Rayhan... cucuku, dimana kamu nak?” panggil kedua kalinya sang nenek, dan untuk ketiga kalinya Rayhan tak kunjung menjawab sahutan neneknya. Sehingga terpaksa sang nenek mengambil tongkatnya untuk memeriksa keadaannya. Karena Rayhan anak yang patuh, rajin dan jujur, ia tidak pernah menunggu waktu untuk membantu sang nenek, namun kali ini sangat berbeda dan aneh.

    Setelah beberapa menit sang nenek mencarinya ke segala penjuru gubuk rumahnya, Rayhan tak kunjung muncul di hadapan sang nenek. Dan sang nenek mulai khawatir akan keadaannya. Tanpa berpikir panjang, sang nenek menerjang hujan tanpa mengenakan payung.

“Satya, nak apa kamu melihat Rayhan cucuku?” tanya sang nenek pada Satya teman bermainnya.

“Tadi aku ajak Rayhan mandi hujan nek, tapi dia tidak mau, setelah itu aku tidak melihatnya lagi,” jawab Satya sambil menghempaskan air hujan di wajahnya.

    Dari arah timur begitu ramai berlarian anak-anak bermain hujan, sang nenek menghentikan satu persatu anak-anak tersebut dan menanyakan Rayhan, namun sang nenek masih tidak menemukan cucunya di keramaian itu. Entahlah kemana Rayhan bermain pada saat hujan-hujan begini.

“Ya Allah.. tolonglah bantu hambamu ini, kemana cucuku?” kepanikan sang nenek semakin bergemuruh, ia tidak memperdulikan kondisi hujan saat itu. Sudah hampir satu jam sang nenek masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan Rayhan. Tapi, setelah itu tampak seorang anak kecil membawa payung dari arah belakang nenek dan meneduhi nenek tersebut. Tak disangka-sangka bahwa itu adalah Rayhan, cucunya. Ia langsung memeluk dan meneteskan air matanya.

“Rayhan cucuku... kamu kemana saja nak? Nenek khawatir, jangan buat nenek seperti ini nak, bagaimana nenek akan menjawab pertanyaan orang tuamu kalau kau sampai kenapa-napa,” tangis sang nenek sambil memeriksa keadaannya. Kemudian, Rayhan membawa sang nenek ke rumah gubuknya dan menjelaskan segalanya.

“Nenek tidak perlu khawatir nek, Rayhan baik-baik saja selama nenek masih bersama Rayhan,” jelasnya. Spontan nenek melihat payung yang dikenakan Rayhan untuk meneduhi. 

“Dan payung ini punya siapa nak?” tanya sang nenek sambil menutup payungnya. Ketika akan masuk sang nenek dikejutkan dengan tamu berjas.

“Rayhan cucuku, mereka siapa?” tanya nenek pada Rayhan.

“Jadi begini ceritanya nek,

(Flashback) Setelah Satya dan teman-temannya mengajak Rayhan main hujan, datang seorang tuan menghampirinya dan bertanya

“Nak kenapa kamu tidak ikut teman-temanmu mandi hujan?’

“Tidak tuan, kalau aku mandi hujan bagaimana aku akan berpakaian setelahnya,” Jelasnya pada paman itu yang masih tercengang dengan jawaban Rayhan.

“Lalu dimana orang tuamu? Kenapa kamu sendirian?” tanyanya lagi

“Sejak usiaku setahun aku menjadi yatim piatu tuan, bagaimana aku tidak sendirian? Tapi aku masih punya nenek yang selalu merawatku” jelas Rayhan sambil tersenyum pada tuan itu dan spontan tuan tersebut kagum dan berpikir bagaimana bisa seorang anak kecil berumur 9 tahun begitu bijaksana dalam berpikir.

“Subhanallah nak, bagaimana bisa kamu berpikir begitu dewasa pada saat usiamu masih sangat muda ini? Jujur aku kagum dengan pemikiranmu,” tuan itu tersenyum sambil mengelus-elus kepalanya dan Rayhan membalas senyumnya.

“Terimakasih tuan, tapi usia tidak menentukan pola pikir manusia,” jelasnya kembali.

    Saat tuan itu akan pergi, ia berbalik arah seakan ada hal yang tertinggal dan ternyata ia memberikan sejumlah uang tak terhingga untuk Rayhan dan neneknya. Namun Rayhan menolaknya.

“Tidak tuan, Rayhan memang miskin dan perekonomian keluarga rayhan rendah tapi bukan berarti Rayhan akan menerima iba tuan ini, jika tuan ingin memberikan uang ini dengan ikhlas maka berikanlah pada nenek Rayhan yang lebih pantas untuk tuan berikan,” lagi-lagi tuan tersebut tertegun dengan pemikirannya. Pada saat usia seperti itu anak-anak biasanya langsung menerima uang itu apalagi yang berwarna merah, seakan matanya melihat malaikat saja.

    Tuan itu tak ingin menemui sang nenek dengan tangan kosong. Lalu ia kembali ke mobil dan meminta sopirnya untuk menyiapkan semua kebutuhan pokok dan segala kebutuhan apapun itu untuk Rayhan dan neneknya. Hal ini tak diketahui oleh Rayhan, karena tuan ini takut berpikiran bahwa ia kasihan pada Rayhan dan neneknya dan tidak mau menerimanya. Jadi tuan ini datang membawa semua persiapan untuk diberikan pada Rayhan dan neneknya atas dasar hadiah kecerdasan Rayhan. Namun sesampainya disana, tuan ini tidak bertemu Rayhan, entah kemana ia pergi dan memanggil neneknya tapi tak kunjung ada jawaban, namun tuan tersebut tetap menunggu kehadiran Rayhan dan neneknya.

    Dan ternyata Rayhan sedang membantu seseorang di pinggir jalan karena ada kendaraan yang menerobos jalan dan menyebabkan pakaiannya basah kuyup. Karna kebaikannya, maka diberikannya Rayhan payung itu. Dan ketika ia akan kembali kerumah, tak sengaja ia melihat neneknya sedang basah kuyup dibawah rintik-rintik hujan, dengan segera ia menghampirinya.

    Jadi, sesampainya dirumah, Rayhan terkejut melihat tuan itu ada di rumah gubuknya dan kemudian tuan itu menjelaskan kedatangannya.

    Seseorang tidak dapat dikatakan bijaksana menurut umurnya saja, tapi karena ia mau mengasah pola pikirnya. Dan seseorang yang dewasa sekalipun belum tentu bisa berpikir bijaksana jika ia tidak mau mengasah pola pikirnya. Jadi intisari dari kisah Rayhan adalah seseorang yang memiliki pola pikir bukannya pada saat di sekolah saja tapi dari pengalamannya, karna teori tanpa praktek tidak akan menjadi hasil penelitian.

    Dan ketika orang itu memiliki pola pikir bijaksana jangankan untuk minta dihargai, bahkan orang dewasa-pun akan menghargainya, karena pola pikir manusia tidak menentukan usianya dan usia tidak menentukan pola pikir manusia. Dan pola pikir manusia juga tidak akan menentukan status ekonomi mereka.


Penulis : Fazat Nailatul Maghfirah 

Editor : Haris


Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN