Ibu dalam Puisi Para Penyair

Muhammad Nur Taufiq, Alumni PKPNU angkatan IV PC LTN NU Bondowoso
(Menyambut Hari Ibu 22 Desember 2020)

Kasih ibu kepada beta
tak terhingga sepanjang masa 
hanya memberi tak harap kembali 
bagai sang surya menyinari dunia  

Sejak kecil kita hampir mengenal lirik lagu diatas yang sekilas memberikan nuansa bagaimana seorang ibu kepada buah hatinya. Ibu diibaratkan kesetiaan matahari menyinari dunia ini tanpa mengharap balasan apa yang akan dipersembahkan oleh buah hatinya nanti. 

Pada tanggal 22 Desember di Indonesia dideklarasikan sebagai Hari Ibu. Penetapan itu diresmikan oleh Presiden berdasarkan Dekret Presiden No. 316 thn. 1953 tepatnya pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.  (id.wikipedia.org/wiki/Hari_Ibu.)

Jauh sebelum Presiden Soekarno menetapkan Hari Ibu, Nabi Muhammad SAW yang dipercaya oleh Allah SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir sudah mendeklarasikan dirinya membela kaum wanita dan memuliakan sosok ibu sesuai risalah yang dibawahnya yaitu dinul islam. 

Seperti yang kita ketahui, sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi Rasulullah bangsa arab dikenal sebagai bangsa jahiliyah. Dimana saat itu, wanita tidak memiliki harga diri. 

Bahkan tradisi yang berkembang di masyarakat diantaranya mengubur hidup-hidup bayi perempuan. Hal itu digambarkan dalam al quran 

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar gembira dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah wajahnya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memelihara anak itu dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya hidup-hidup di dalam tanah? Ketahuilah, betapa buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An-Nahl: 58-59)

Dalam hadist juga disinggung“Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka pada ibu, menolak untuk memberikan hak orang lain dan menuntut apa yang bukan haknya, serta mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan Allah membenci bagi kalian banyak menukilkan perkataan, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Al-Bukhari no. 5975 dan Muslim no. 593)

Baca juga : 

Dalam ayat lain mengenai sosok ibu juga dijelaskan misalnya dalam QS. Luqman : 14 “ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” 

Ayat tersebut mempertegas bagaimana kemulian ibu dalam pandangan Al Quran sekaligus memberi gambaran bagaimana beban penderitaannya sejak mengandung selama kurang lebih sembilan bulan merawat bayinya dalam kandungan, kemudian melahirkan dengan mempertaruhkan nyawanya, menyusui, merawat dan membesarkannya. 

Ketika besar anak tersebut kemudian menjadi tokoh-tokoh besar semisal Nabi Muhammad SAW, Imam SyafiI, Syaikh Abdul Qadir Jailani, Soekarno, Bung Tomo, Jenderal Sudirman, Kartini, K.H. Hasyim Asyari, K.H. Ahmad Dahlan dan semacamnya. 

Maka sangatlah pantas kalau Nabi Muhammad SAW bersabda surga bagi seorang anak berada dibawah telapak kakinya al jannatu tahta aqdamil ummahat. Tidak ada orang yang mulia tanpa memuliakan ibu. 

Memuliakan ibu berarti bagaimana memuliakan seorang wanita. Memuliakan wanita berarti memuliakan calon-calon ibu yang akan melahirkan generasi selanjutnya. 

D Zawawi Imron salah satu budayan dan penyair kelahiran Madura yang berjuluk Clurit Emas adalah penyair yang seringkali membacakan puisi ibu diberbagai kesempatan daripada membacakan puisi-puisinya yang lain. 

Pak Zawawi sering menyampaikan “Kalau baca puisinya bagus berarti itu bukan Zawawi Imron tapi anaknya ibu. Tapi kalau baca puisinya jelek itu adalah Zawawi Imron,” kelakarnya. 

Zawawi Imron mengungkapkan dalam puisinya. 

Kalau aku merantau lalu datang musim kemarau 
Sumur-sumur kering daunanpun gugur bersama reranting 
Hanya mata air dan air matamu ibu yang tetap lancar mengalir

Mata air dan air mata ibu dua hal yang menurut Zawawi tidak akan pernah mengering karena adanya musim kemarau. Air mata ibu senantiasa mengalir menemani doa-doa yang dipanjatkan untuk putra putrinya , ketika merindukannya, menangisi kesedihannya atau terharu melihat kebahagiaannya. 

Bagi Zawawi ibu juga digambarkan sebagai pahlawan yang pastas disebut-sebut lebih awal daripada sejumlah nama yang dikukuhkan atau diberi gelar pahlawan. 

Hal itu bisa dibenarkan pahlawan-pahlawan yang ada juga lahir dari rahim dan sentuhan jasa seorang ibu 

Kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan 
Namamu ibu yang akan kusebut paling dahulu.

Selain Zawawi, K.H. Ahmad Mustafa Bisri atau yang akrab dipanggil Gus Mus menulis puisi Ibu. Diantara baitnya 

Tuhan, aku bersaksi
Ibuku telah melaksanakan amanatMu
Menyampaikan kasih sayangMu
Maka kasihilah ibuku
Seperti Engkau mengasihi kekasih-kekasihmu

Dalam puisi itu Gus Mus ingin memberikan kesaksian bahwa ibunya telah melaksanakan dan melunasi apa yang menjadi tanggung jawabnya sehingga diakhir kalimatnya ada doa bagaimana Allah SWT mengasihi kekasihnya seperti para Anbiya, Siddiqin, Syuhada, dan shalihin. 

WS Rendra menulis puisi tentang ibu berjudul Jangan Takut Ibu. Diantara potongan puisinya

Jangan takut, Ibu!
Jangan mau gigertak.
Jangan mau diancam.
Karena ketakutan
meningkatkan penjajahan.
Aku cium tanganmu, Ibu!
Rahim dan susumu adalah persemaian harapan.
Kekuatan ajaib insan
Dari zaman ke zaman

Penyair yang berjuluk Burung Merak itu mengingatkan kepada para ibu bagaimana tidak takut dengan kondisi yang mengancam. 

Semua itu sangat menungkinkan dan menyebabkan terjadinya penjajahan. Mencium tangan salah satu bentuk ketaatan dan ketakdiman kepada seorang ibu. 

Dalam rahim dan air susu ibu sejumlah berkumpul sejumlah harapan yang ditanamkan. Disitu ada kekuatan ajaib yang terus mewarnai perjalanan zaman. 

Emha Ainun Najib juga memiliki kepekaan batin untuk menulis tentang ibu yaitu

Ibu, tamparlah mulut anak-anakmu.

Orang yang bertahun-tahun mempelajari mana yang benar dan mana yang salah dalam kehidupan, tidak dijamin memiliki kebenaran mental untuk mengemukakan sesuatu hal itu benar dan sesuatu hal itu salah. 

Tinggi dan luasnya Ilmu pengetahuan seorang cendekiawan tidak menjanjikan jaminan moral. Artinya, dari kenyataan itu tercermin ketidaktahuan kemanusiaan.

Didalam diri seseorang tidak terdapat keterkaitan positif antara, pengetahuan, ilmu, mentalitas dan moralitas.

Ada kesadaran dalam diri Emha merasakan keresahan setelah gagal menjadi manusia yang tidak sesuai dengan harapan ibu. Setelah bertahun-tahun mempelajari kebenaran dan kesalahan namun kesulitan menemukan keberanian dan kebenaran mental untuk mengatakan sesuatu yang benar dan yang salah. 

Kebenaran dan kesalahan hanya menjadi pengetahuan bukan menjadi acuan yang merambah dunia moralitas dan mentalitas. Sehingga minta pelajaran atau saran diantaranya dengan tamparan. 

Betapa luar biasa kemuliaan-kemulian yang digambarkan mengenai sosok ibu. Bahkan salah satu Shabat Nabi Muhammad SAW bernama Uwais Al Qarni yang sangat miskin harta karena ketulusan hati berbakti kepada ibunya. 

Menggendong ibunya dari Yaman ke Makkah untuk mengabulkan keinginan sang Ibu menunaikan ibadah haji ke tanah suci membuatnya mempunyai derajat tinggi. 

Bahkan Nabi Muhammad SAW menyebutnya bukan penduduk bumi tapi penduduk langit. Sehingga walaupun tidak sempat bertemu dengan Nabi Muhammad SAW sampai wafat. 

Nabi Muhammad memerintahkan kepada Sayyidina Umar Bin Khattab untuk minta didoakan karena doanya mudah dikabulkan. 

Disisi lain, Malin Kundang yang kaya raya dan durhaka kepada ibunya. Harus merelakan dirinya menjadi batu setelah durhaka kepada ibunda tercintanya.

Baca juga :

Hari Ibu

H

Hati siapakah yang bermusim kerinduan 
Mengutus kafilah hujan menyiram kenangan
Bersemi masa silam dalam dekapan kehangatan 
Masa kecil berlompatan dalam ingatan 
Masa depan mengisi ruang renungan 

A

Apakah hari-hari yang terus berputar 
Mengajari waktu berlayar dengan kalbu bergetar 

R

Rangkaian kisah demi kisah berwarna suasana 
Selalu saja mengirimkan sejumlah makna 
Bagaimana usia membuka kesadaran 
Kesadaran menemukan yang hilang dalam kehidupan 
Menyelamatkan cahaya dari gelap mencelakakan

I

Ingatlah pada rahim yang merawat amanah yang dititipkan
Sebelum tiba detik-detik mendebarkan 
Hingga terdengar tangis pertama kelahiran 

I

Ibu, pada dirimu 
Kurasakan semilir kesejukan
Mengusap penat perjalanan 
Kusaksikan mata air keikhlasan
Menyiram tandus berkepanjangan 
Kupu-kupu tersenyum beterbangan 
Kutemukan kepak-kepak kedamaian

B

Bukankan engkau Ibu
Madrasah pertama bagi setiap anak yang dilahirkan 
Hingga menjadi kebanggaan zaman atau peradaban 
Kebanggaan semesta dan yang menciptakan 

U

Untukmu Ibu, aku bersaksi
bahwa engkau adalah keindahan yang sulit terdefinisikan 
Bahwa engkau adalah kasih sayang yang tak habis dirasakan

Selamat Hari Ibu !


Penulis : Muhammad Nur Taufiq, Alumni PKPNU angkatan IV PC LTN NU Bondowoso

Editor : Gufron



Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN