Curahan Hati Seorang Anak

Ilustrasi, (Foto : Tim Kreatif)
Semenjak ayahnya wafat, sifat ibu Lista berubah. Yang awalnya sabar, lemah lembut kini ia tak lagi seperti dulu. Ibunya sering marah-marah pada Lista. Baginya, seakan-akan semua yang dilakukan Lista tidak mengenakkan, mengganggunya atau yang lainnya.

Sifat ibunya itu tak kunjung usai, padahal ayah Lista sudah wafat setahun lalu. Sifatnya kian hari membuat Lista tak nyaman, risih, bingung harus melakukan apa karena semua yang dilakukan selalu salah dimata ibunya, tidak ada benarnya. Lista terus sabar menghadapi itu semua, Dia hanya berfikir mungkin ibunya merasa terpukul sekali dengan kepergian ayah Lista karena kecelakaan.

'Ibu tetaplah ibu', itulah yang tertanam kuat dalam hati Lista. ia harus tetap dirawat walau sikapnya sekarang tak lagi sama. Apapun yang sudah dilakukan Lista tidak akan cukup untuk membalas kasih sayangnya dahulu pada Lista, mulai dari mengandung sampai dewasa kini, Lista tetap sabar dan ikhlas dengan perilaku ibunya. Tapi Lista yakin, suatu saat ibunya akan sadar atas apa yang telah diperbuatnya itu.

Baca Juga :

“Ibu,” ucap Lista membangunkan ibunya.

Pagi-pagi Lista sudah memasak untuknya agar tidak telat sarapan pagi. Namun, sudah dua kali Lista membangunkannya tapi tidak ada jawaban apa-apa dari sang ibu. Tak ada tanda-tanda bahwa ia ingin bangun lalu mandi kemudian menyantap habis masakan anaknya itu.

“Ibu, bangun. Lista sudah siapkan sarapan buat ibu. Bangun, Bu,” ucap lagi Lista dan terus membangunkan ibunya.

“Apa sih? Ibu masih ngantuk, capek habis kerja semalam,” ketus sang ibu terlihat tak senang karena dibangunkan untuk sarapan. Lista hanya mengelus dada menerima sikap ibunya yang seperti itu. Ini bukan baru pertama kalinya sang ibu bersikap seperti itu, sudah sering Lista santap sikap itu. Dia hanya bisa bersabar dan merawat sang ibu sebagaimana merawatnya dulu.

“Emm, baiklah. Lista hanya mau bilang kalau sarapannya sudah siap. Kalau Ibu lapar tinggal makan saja, kalau makanannya dingin bisa dihangatkan lagi. Maafkan Lista, Ibu.”

“Iya. Sudah sana pergi! Ganggu orang tidur saja.”

Lista pun menutup pintu kamar meninggalkan ibunya yang kembali tidur. Sikapnya terus terbayang dibenak Lista, tapi Dia harus tetap sabar agar tetap tegar di hadapan anak didiknya sebentar lagi. Lista tidak ingin mereka melihat gurunya sedih, mereka harus melihat Lista bahagia agar pembelajaran bisa menyenangkan.

Di perjalanan menuju TPQ, Lista melihat seorang perempuan yang berusaha menghidupkan motornya. Motornya mogok atau malah kehabisan bensin. Dihampiri lah perempuan itu tanpa berpikir panjang. Setelah dihampiri, ternyata perempuan itu adalah sepupu dekatnya, namanya Humaira.

Ia seumuran dengan Lista, hanya saja tempat kita nyantri berbeda. Tapi, persaudaraan mereka berdua tidak berbeda sedikit pun, sejak dulu hingga sekarang. Dan, Lista biasa memanggilnya Ara, lebih mudah.

“Ara,” sapa Lista saat turun dari motor.

Ia menoleh, kemudian menjawabnya “Hai, Lista.”

“Motormu kenapa?” tanya Lista sambil memperhatikan Ara yang berusaha menghidupkan motornya.

“Motorku mogok, Lista,” Ara tetap berusaha menghidupkan motornya. Dari raut wajahnya, ia tampak putus asa dan bersedih karena sepedanya tak kunjung hidup.

“Aku nggak tahu kenapa bisa gini, padahal tadi baik-baik saja,” Ara mulai merajuk.

Lista tak banyak cakap. Ia langsung mengambil alih motor Ara dan memeriksanya. Setelah diperiksa, ternyata motornya mogok karena tidak ada bensinnya. Lista melirik Ara yang masih terlihat kesal karena sepedanya mogok.

“Kamu tidak lupa mengisi bensin, kan?” tanya Ara.

Ara baru ingat kalau ia lupa mengisi bensin. Sebelum berangkat ia sudah mengecek kondisi bensinnya, tapi sepanjang perjalanan ia lupa mengisi bensin motornya. Lista hanya menggelengkan kepalanya saat Lista mengatakan kalau lupa mengisi bensin motornya.

“Kamu tunggu di sini jaga motornya aku mau cari bensin,” kata Lista berlalu mencari-cari bensin di sekelilingnya. Di sekelilingnya tidak ada penjual bensin sama sekali yang ada hanya di seberang jalan, lumayan jauh.

“Aku mau ke seberang jalan dulu beli bensin, tetap tunggu di sini.”

“Lista, biar aku saja yang ke sana,” ucap Ara menahan Lista.

“Tidak usah. Kamu tunggu di sini saja. Ok?” Tegas Lista lalu pergi.

Lista tak menoleh ke arah mana pun. Matanya terfokus pada penjual bensin di seberang sana. Langkahnya setengah berlari dan tanpa ia sadari mobil yang melaju dengan kecang mendekatinya, semakin dekat hingga akhirnya……

Baca Juga : Menuju Islam Washatan Di Tengah Goncangan Ideologi

“Braakkk.”

“Listaaa!!!” Ara berteriak melihat Lista ditabrak lari oleh mobil yang melaju kencang tadi. Ara berlari menghampiri Lista yang disekujur bajunya dipenuhi darah. Orang-orang berkerumun, tapi Lista tetap memejamkan matanya.

“Lista, Lista bangun!!!” Ucap Ara menggoyangkan tubuh Lista sambil mengucurkan air matanya.

“Tolong sepupu saya, bawa dia ke rumah sakit,” ucap Ara meminta bantuan.

Halaman Selanjutnya ...

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN