Syekh Nawawi Banten, Guru Muassis NU dan Pengarang Kitab

Ilustrasi, Foto Syekh Abu Abdul Mu'thi Muhammad Nawawi Banten (Tim Kreatif)
Siapa yang tidak mengenal nama Syekh Nawawi Banten? Seorang ulama asal Indonesia yang karangan kitabnya banyak dikaji di seluruh pesantren se-Indonesia. Salah satu di antara kitabnya yang banyak dikaji adalah kitab Kasyifatus Saja, sebuah kitab yang menjelaskan secara rinci dari isi kitab Safinatun Naja, kitab karangan Syekh Salim ibn Sumair al-Hadhrami.

Selain menulis kitab yang menjelaskan tentang fiqih, Syekh Nawawi Banten juga menulis kitab yang menjelaskan tentang tasawwuf, yaitu kitab Maraaqiyal ‘Ubuudiyah Syarh li Bidaayatil Hidaayah lil-Gazzaalii yang selesai ditulis pada tahun 1289 H / 1877 M.

Dikutip dari sebuah buku terbitan Pustaka Sidogiri Benteng Ahlussunnah wal Jamaah yang berjudul “Guru Orang-orang Pesantren”, Syekh Nawawi Banten nama lengkapnya adalah Abu ‘Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi ibn ‘Umar ibn ‘Arabi ibn ‘Ali at-Tanari al-Jawi al-Bantani.

Baca Juga : 

Syekh Nawawi Banten lahir di kampung Tanara, Tirtayasa, Serang, Banten pada tahun 1230 H / 1813 M. Ia merupakan keturunan kesultanan yang ke-12 dari Sunan Gunung Jati, Cirebon atau Sultan Syarif Hidayatullah.

Pendidikan Syekh Nawawi Banten dimulai sejak kecil, yaitu belajar kepada ayahnya sendiri. Setelah itu ia nyantri di salah satu pondok pesantren di Jawa Timur selama 3 tahun sampai akhirnya pindah ke Jawa Barat, tepatnya di pondok pesantren daerah Cikampek.

Di pondok pesantren daerah Cikampek inilah, kealiman Syekh Nawawi Banten begitu nampak. Hal itu dibuktikan dengan perintah kiainya yang menyuruh Syekh Nawawi Banten untuk pulang karena ia dianggap tidak perlu mondok lagi. Alhasil, setelah Syekh Nawawi Banten pulang ia dipercaya untuk mengasuh pesantren ayahnya.

Selanjutnya Syekh Nawawi Banten belajar di Mekkah selama 3 tahun. Banyaknya ilmu yang diperoleh ia bawa pulang ke Indonesia untuk mensyiarkan agama Islam di tanah kelahirannya sendiri. Tapi, setelah beberapa tahun mensyiarkan agama Islam di Indonesia, Syekh Nawawi Banten memutuskan untuk menimba ilmu kembali ke Mekkah. Kepergiannya kali ini ke Mekkah untuk menetap.

Selama belajar di Mekkah, guru Syekh Nawawi Banten tercatat banyak, di antaranya adalah Sayyid Ahmad an-Nahrawi, Ahmad ad-Dimyati, Zainuddin Aceh, Fatimah binti ‘Abdus Shamad Palembang, Ahmad Khatib Sambas, dan masih banyak lagi ulama lainnya yang terkenal di zaman itu.

Nikmati Tayangan Seputar NU Hanya di Harokah Official

Syekh Nawawi Banten mulai mengajar di Masjidil Haram pada tahun 1860 H dengan menggunakan Bahasa Arab. Selain itu, Syekh Nawawi Banten sesekali juga menggunakan Bahasa Jawa atau Sunda dalam keterangannya karena yang belajar kepadanya banyak yang berasal dari Indonesia.

Murid Syekh Nawawi Banten hampir semuanya menjadi ulama terkenal dan tokoh nasional, seperti pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama, Syaikhona Cholil Bangkalan dan KH. Hasyim Asy’ari. Selain itu, murid Syekh Nawawi Banten yang lainnya adalah KH. Asy’ari Bawean, KH. Tubagus Muhammad Asnawi Banten, KH. Tubagus Bakri Purwakarta, KH. Abdul Karim Banten, KHR. Asnawi Kudus dan yang lainnya.

Syekh Nawawi Banten tercatat sebagai orang yang alim sehingga banyak gelar yang disandangnya, seperti Sayyidu ‘Ulama’il Hijaz, al-Imam al-Muhaqqiq wal Fahamah al-Mudaqqiq, dan Imamu ‘Ulama’il Haramain. Kealimannya banyak diakui oleh ulama, salah satunya adalah Syekh Wan Ahmad bin Muhammad Zain al-Fatani yang menyebut Syekh Nawawi Banten dengan an-Nawawi ats-Tsani (Imam Nawawi kedua).

Baca Juga : 

Kealiman Syekh Nawawi Banten bisa dibuktikan dengan banyaknya karangan kitab yang sampai hari ini dikaji di setiap pondok pesantren se-Indonesia. Karyanya yang banyak dikaji di antaranya adalah Maraqiyal ‘Ubudiyah Syarh li Bidayatil Hidayah lil Ghazzali, Qatrul Ghaits fi Syarhi Masa’ili, ‘Uqudul Lujain fi Bayani Huquqiz Zaujain, Nihayatuz Zain bi Syarhi Qurratil ‘Ain, Nurudz Dzalam fi Syarhi Qasidati ‘Aqidatil ‘Awam, Mirqatu Su’udit Tashdiq fi Syarhi Sullamut Taufiq, Kasyifatus Saja fi Syarhi Safinatin Naja, Tijanud Durrari ‘ala Risalatil Bajuri (fil hadits), ar-Riyad al-Badi’ah fi Usuliddin was Syariah, Nadzmul Ajurumiyyah lin Nabrawi, dan masih banyak lagi.

Ulama terkenal asal Indonesia ini wafat pada 25 Syawal 1314 H / 29 Maret 1897 M, di usianya yang ke-84 tahun. Versi lain menurut az-Zirikli, Syekh Nawawi Banten wafat pada 1316 H / 1899 M. Makam Syekh Nawawi Banten berada di Ma’la, dekat makam istri Rasulullah SAW, Sayyidah Khadijah.

Banyak ulama terkenal yang asalnya dari Indonesia, maka berbanggalah dan berbahagialah menjadi orang Indonesia yang kuat dalam menerapkan ukhuwah, baik ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah.

Wallahu a’lam bis shawab.
Bibarokati Syekh Nawawi Banten, al-Fatihah…


Penulis : Muhlas, Santri Ponpes Miftahul Ulum Tumpeng

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN