Mengenal Lebih Dekat Sosok Pendiri dan Rais Akbar NU

Hadaratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, (Foto : Istimewa)
Selama di Mekkah, Mbah Hasyim banyak belajar dari ulama kenamaan asal Indonesia salah satunya adalah Syekh Mahfuz Termas, Syekh Nawawi Banten dan Ahmad Khatib al-Minangkabawi.

Selain itu, Mbah Hasyim juga berguru pada Sayyid Abu Bakar ‘Atha, ‘Abdul Hamid ad-Darustani, Muhammad Syu’aib al-Magribi, Ahmad Amin al-‘Atthar, Sayyid Sultan bin Hasyim, Sayyid Ahmad bin Hasan al-‘Atthas, Sayyid ‘Alawi bin Ahmad as-Segaf, Sayyid ‘Abbas al-Maliki, Sayyid Husain bin Muhammad al-Habsyi, Sayyid’Abdullah az-Zawawi, Shalih Ba Fadhai, Rahmatullah bin Khalil al-Hindi, Muhammad ‘Abid bin Husain al-Maliki dan Hasyim ad-Dagistani.

Dari sekian banyak gurunya itu, Mbah Hasyim banyak belajar berbagai disiplin ilmu seperti fiqih (konsentrasi madzhab Syafi’i), ilmu hadits, tauhid, tauhid, tafsir, tasawwuf dan gramatika Arab. Kegemarannya dalam belajar adalah ilmu hadits.

Baca Juga :

Mbah Hasyim memutuskan pulang ke kampung halamannya pada 1314 H / 1900 M setelah menempuh pendidikan di Mekkah selama kurang lebih 7 tahun. Setibanya di tanah air, setelah beberapa saat mengajar di Pondok Pesantren Nggedang yang didirikan oleh kakek dari ibunya, KH ‘Utsman, Mbah Hasyim mendirikan sebuah pondok pesantren di daerah Tebuireng.

Banyak santri yang ingin berguru pada Mbah Hasyim karena kealimannya dalam berbagai disiplin ilmu, khususnya ilmu hadits. Bahkan, Mbah Hasyim mendapatkan ijazah untuk mengajar kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Syekh Mahfuz Termas, ulama Indonesia pertama yang mengajar Shahih al-Bukhari dan Muslim di Mekkah dan pewaris terakhir mata rantai (sanad) hadits al-Bukjari dari 23 generasi sebelumnya.

Sejawatnya ketika masih nyantri pada Syaikhona Cholil yaitu Kiai Abdul Wahhab dan Mbah Manab juga sempat mengaji pada Mbah Hasyim. Bahkan Syaikhona Cholil sesekali mengikuti pengajian beliau kala bulan Ramadhan.

Selain alim dan aktif mengajar, Mbah Hasyim juga aktif dalam berbagai kegiatan baik lingkup lokal ataupun nasional. Hingga puncaknya pada 31 Januari 1926 M / 13 Sya’ban 1344 H bersama KH Bisri Syansuri, KH Wahab Hasbullah dan ulama-ulama besar lainnya, KH Hasyim Asy’ari mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama yang sampai hari ini menjadi organisasi terbesar di Indonesia.

Halaman Selanjutnya (1) (2) (3)

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?