Bawa Semangat PKPNU, Fatayat NU Wonosari Gelar Maulid Nabi

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh PAC Fatayau NU Wonosari, Bondowoso, Sabtu (07/11).

PAC Fatayat NU Wonosari menggelar peringatan Maulid Nabi besar Muhammad SAW, Sabtu, 21 Rabiul Awal 1442 H, bertepatan dengan 7 November 2020, yang dihadiri Pengurus Cabang Fatayat NU Bondowoso, Camat Wonosari, pengurus MWC dan badan otonom NU Wonosari, serta para sahabat-sahabat Fatayat NU se-Kecamatan Wonosari.

Ketua PAC Fatayat NU Wonosari Sri Hastutik dalam sambutannya menyatakan bahwa Fatayat akan menumbuhkembangkan ke-NU-an dengan masuk ke semua lini, baik bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, hukum, dakwah. Fatayat juga akan menumbuhkan ke-NU-an di lini paling awal, yakni di keluarga kecil. Hanya saja, Sri Hastutik mengingatkan bahwa semangat menghidupkan NU harus tetap dilandasi oleh semangat menjunjung tinggi kewajiban sebagai seorang istri dan panutan bagi putra-putrinya. 

Ketua MWC NU Wonosari Ust Abdul Wasik menyampaikan bahwa terselenggaranya kegiatan oleh PAC Fatayat ini tidak luput dari suksesnya acara Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul ulama (PKP NU) XXVIII yang diselenggarakan MWC NU Wonosari, beberapa minggu sebelumnya sehingga memberikan semangat kader yang tinggi untuk berkhidmat pada NU. 

"Tentunya semangat kader ini yang diinginkan oleh para muassis NU, semoga kita istiqomah," katanya.

Ketua PC Fatayat NU Bondowoso Nyai Hj. Nurdiana Kholidah yang akrab dipanggil Neng Din, dalam sambutannya menyampaikan bahwa sebagai seorang perempuan, aktivis Fatayat NU harus banyak bergerak mengembangkan kreativitas yang membawa manfaat bagi keluarga. 

"Kader perempuan bukan hanya sekadar berorientasi sebagai ibu rumah tangga, tapi lebih dari itu bisa berdampiingan sejajar dengan kaum Adam dalam wilayah pemerintahan dan sosial," katanya.

Maulid Nabi ini diisi ceramah oleh dua ulama yang termasuk keturunan dari almarhum Kiai Asy'ari, tokoh dan pembawa NU pertama di Bondowoso. Kedua penceramah itu adalah KH Muhammad Hasyim Shonhadji (Ra Muhammad) dan KH Sobri Wasil Ghazali (Ra Sobri). 

KH Muhammad Hasyim Shonhadji, yang dikenal selalu menjaga tradisi ulama salafunas sholeh memberikan pengajian dengan menguraikan kitab Irsyadul Mukminin, karya Hadratus Syaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari. 

Lora Muhammad membacakan isi kitab tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dapat diambil ibroh oleh kaumnya. Ra Muhammad menyampaikan bahwa Nabi Muhammad lahir di hari Senin hari yang istimewa. Dikatakan istimewa karena banyak peristiwa penting yang terjadi pada Hari Senin. Selain merupakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, pada Hari Senin juga Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rosul. Ketika Nabi Hijrah dari Mekkah ke Madinah juga terjadi pada Hari Senin. Bahkan, Nabi Muhammad juga wafat di Hari Senin. 

Ra Muhammad melanjutkan kembali uraian dalam kitab itu bahwa tanggal kelahiran Nabi Muhammad ada perbedaan pendapat. Ada yang menyampaikan tanggal 2, 8, 10 dan 12 Robiul Awal. Perbedaan pendapat ini memberikan kemudahan bagi ummat Islam yang ingin mendapatkan Maulid Agung atau "Molod Agung" dalam Bahasa Madura.

"Maka umat Islam tidak harus berebut merayakannya pada tanggal 12 Robiul Awal. Umat Islam bisa mengundang penceramah pada tanggal-tanggal tersebut, bisa tanggal 2, 8 atau tanggal 10, disamping tanggal 12 tentunya, karena tanggal-tanggal tersebut termasuk Molod Agung," katanya.

Sementara Lora Sobri pada kesempatan itu menyampaikan dawuh dari KHR. As’ad Syamsul Arifin, salah satu Muassis NU. Dawuh dalam Bahasa Madura itu, katanya, didapat sendiri oleh Ra Sobri dari Kiai As'ad. "Tak osa nurok tarekat-tarekatan, kobeter mursyidnya to nyalatoh, cokop nurok NU ben pabenyak asholawat," demikian dawuh Kiai As'ad yang disampaikan Lora Sobri.

Arti dari dawuh itu adalah, "Tidak usah ikut tarekat, khawatir mursyidnya tidak karuan (ngawur), cukup mengikuti Nahdlatul Ulama dan sering membaca sholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW)." 

Lora Sobri juga menyampaikan salah satu yang bisa diteladani dari Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad bisa dijadikan contoh, baik oleh orang kaya maupun orang miskin, bisa dijadikan contoh saat senang maupun saat susah. Hal itu bisa dilihat dari bagaimana cara Nabi menghadapi kedua kondisi berbeda tersebut? Saat senang, Nabi bersyukur dan saat susah memilih bersabar. 

"Dan diakui atau tidak, Nabi kita adalah seorang yang terlahir dari keluarga yang fakir, akan tetapi kefakiran keluarganya tidak menjadikan patah semangat, bahkan beliau sukses menjadi panutan umat seluruh alam. Mudah-mudahan hal ini bisa jadikan contoh oleh kaumnya," katanya.

 

Penulis : Retna Nareswari Azzahra

Editor : Gufron 

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN