Peringati Harlah NU ke 96, Ranting Fatayat NU Tanah Wulan adakan Istighasah

Suasana Istighasah PR Fatayat NU Tanah Wulan, Maesa Bondowoso
Pengurus Ranting Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Tanah Wulan Maesan Bondowoso mengadakan peringatan Harlah NU ke 96, Sabtu (29/01). Kegiatan tersebut diisi dengan Istighasah dan refleksi kelahiran NU.

Ketua Ranting Fatayat NU Tanah Wulan Imroatus Soleha dalam sambutannya menyampaikan refleksi lahirnya NU sebagai jam’iyah diniyah ijtima’iyah (organisasi keagamaan dan kemasyarakatan).

Baca Juga :

“Lahirnya NU itu melalui proses yang panjang, dimana sebelumnya para ulama dan santri di Nusantara sudah ber-NU tanpa nama,” ungkap alumni UIN Khas Jember itu.

Imroatus, hal itu berkaitan dengan model pendidikan ala pesantren yang jauh lebih dulu lahir dan berkembang, sebelum lahirnya NU itu sendiri. Seiring berjalannya waktu, terjadi dinamika umat islam di dunia, dimana Kerajaan Arab Saudi yang didukung kelompok wahabi akan menghancurkan situs-situs sejarah islam.

“Dari sini kemudian dibentuk Komite Hijaz yang diprakarsai oleh KH Wahab Chasbullah untuk melobi Kerajaan Arab Saudi agar tidak menghancurkan situs-situs sejarah islam, dan berhasil,” terang  Imroatus.

Seusai pembacaan Istighasah, Ketua PR Fatayat NU merefleksikan kelahiran NU
Keberhasilan KH Wahab Chasbullah dalam melobi kerajaan Arab Saudi, Kata Imroatus, karena beliau ingin melanjutkan perjuangannya, khususnya di Nusantara yang pada waktu itu masih dalam cengkraman penjajah. Hal tersebut diutarakan kepada KH Hasyim Asy’ari selaku sahabat dan juga guru beliau.

“KH Hasyim Asy’ari tidak langsung menyetujui gagasan tersebut, melainkan masih melakukan istikharah untuk meminta petunjuk kepada Allah,” ungkap Imroatus.

Imroatus juga menjelaskan, disisi lain KH Muhammad Cholil Bangkalan yang merupakan guru dari KH Hasyim Asy”ari  mengutus KH As’ad Syamsul Arifin untuk menyerahkan tongkat dan tasbih kepada KH Hasyim Asy”ari . Hal itu dianggap sebagai jawaban istikharah yang dilakukan beliau dan semakin mantap untuk membentuk jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU). (*)

 

Kontributor : Imam Sunarto

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN