KH Wahid Hasyim Isi Kajian MWC NU Sukosari, Ini Pesan yang Disampaikan

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Sukosari, KH Wahid Hasyim, (Foto Istimewa)
Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU) Kecamatan Sukosari, Bondowoso tidak pernah lengah menjaga Tradisi ke-NU-an dan budaya pesantren. Salah satu yang dilakukannya adalah dengan terus komitmen menjalankan kajian kitab Bidayatul Hidayah setiap Ahad.

Kajian kitab yang dilakukan oleh pengurus MWC NU Sukosari tersebut tidak lain untuk menguatkan ideologi warga Nahdliyyin agar tidak mudah tersesatkan dengan paham-paham baru selain paham Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Sukosari, KH Wahid Hasyim ingatkan masyarakat setempat terutama warga Nahdliyyin untuk tidak membujuk orang lain melakukan perkara yang mungkar.

Baca Juga :

“Jangan membujuk orang untuk berani menganiaya atau mendzolimi, atau melakukan maksiat, karena barangsiapa yang saling menolong dalam melakukan maksiat atau mencelakakan orang lain maka dosanya sama dengan orang yang menyuruhnya," kata KH Wahid Hasyim saat menjelaskan isi kitab Bidayatul Hidayah, (10/10).

Tidak hanya menjelaskan secara mentahan saja dari kitab Bidayatul Hidayah, Kiai Wahid juga memberikan perumpamaan-perumpamaan terkait penjelasan di dalam kitab. Beliau menyebut, maraknya fenomena berbagi nomor ponsel kepada lawan jenisnya. 

Suasana kajian kitab Bidayatul Hidayah yang diadakan oleh MWC NU Sukosari
Terkadang melalui pertukaran nomor ponsel tersebut, kata Kiai Wahid, menjadi perantara untuk melakukan pertemuan tatap muka dengan seseorang yang bukan mahramnya. Parahnya lagi, dari pertemuan itu memicu terjadinya zina.

“Contoh, orang yang memberi nomor hp seorang perempuan, kemudian terjadi pertemuan dan melakukan zina maka orang yang memberi nomor hp tadi menjadi perantara untuk berzina. Maka, si pelaku dan si pemberi nomer tersebut sama dosanya,” jelas Kiai Wahid mencontohkan materi yang terdapat dalam kitab Bidayatul Hidayah itu.

Lebih lanjut, Ketua MUI Sukosari tersebut juga menjelaskan tentang kehidupan dalam keluarga. Dirinya menyebut, kehidupan keluarga yang harmonis dapat dilihat dari pola perilaku antar suami istri. 

Sangat tercela seorang suami jika membanding-bandingkan kekayaan keluarganya dengan orang lain di depan Istrinya. Pasalnya, kata Kiai Wahid, jika itu tetap dilaksanakan akan menurunkan drajatnya seorang suami.

“Lebih baik tidak menceritakan kelebihan harta orang lain agar tidak menjadi kemudharatan,” ujarnya.

Kiai Wahid juga berpesan kepada seluruh jama’ah kajian untuk tidak mendatangi atau mendekati istrinya dalam keadaan marah karena dapat mengundang banyak mudharat.

Baca Juga : 

“Dan jangan dekati istrimu jika kamu sedang marah, karena hal itu tidak baik, lebih baik berwudhu dulu karena jin akan pergi ketika badan kita suci,” lugasnya.

Pantauan di lapangan, kajian yang rutin di lakukan itu dihadiri oleh jajaran pengurus MWC NU Sukosari, Pengurus Banom, pengurus lembaga dan kader muda NU Sukosari. (*)


Kontributor : Iwan

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN