Mas Andry dan Legenda Pendamping Desa

Alm. H Andry Dewanto Ahmad, Koordinator TPP Provinsi Jawa Timur yang juga Wakil Ketua PWNU Jawa Timur,  wafat hari Kamis (29/07/2021) pagi setelah beberapa hari dirawat di RSSA Malang pasca terpapar Covid-19 dalam kunjungannya ke Kabupaten Bondowoso. Ia dimakamkan di Maqbaroh Bungkuk, Singosari Malang.
“Mas, Njenengan di mana? Biar kami jemput ke lokasi”, tanya saya kepada mas Andry, yang menghadiri kegiatan di Bondowoso.

“Tidak usah, Adinda. Saya dari Jember. Berangkat sendiri. Tidak usah dijembut”, jawab Beliau.

Selang berapa menit kemudian, Mas Andry datang. Tidak hanya saya seorang, sejumlah sahabat kaget melihat kedatangannya. Karena ternyata, mas Andry tidak diantar sopir dengan roda 4, tidak pula nyetir sendiri, tapi beliau ngojek roda 2, dari Jember.

“Ya Allaah. Tahu begitu Njenengan kita jemput, Mas”, kata saya, sebagai bentuk penghormatan kepada senior, yang juga seorang pimpinan.

“Tidak usah, Adinda. Saya tidak ingin merepotkan Sahabat-sahabat di Bondowoso. Karena sekarang saja sudah repot dengan menyiapkan kegiatan ini,” ucapnya, mendinginkan suasana.

***

Dialog demikian, mungkin tidak hanya dengan saya saja. Bisa jadi, dengan kader dan sahabat lainnya, jika ada acara, Mas Andry akan melakukan hal yang sama: tidak ingin merepotkan.

Baca Juga : 

April lalu, kira-kira sebulan setelah saya sembuh dari Covid-19, beliau saya tawari makan sore usai menjelaskan SDGs Desa di forum TPP Kabupaten Bondowoso. Jawaban beliau sederhana. “Tidak usah Adinda, kami sudah makan tadi di jalan. Pak Sopir saja tolong anteri air minum, ya”.

Allah kariiim. Betul-betul sosok senior, guru, panutan, yang jarang ditemui. Beliau tidak minta dilayani. Padahal, mas Andry adalah seorang pimpinan, selain juga senior yang jaaaauh di atas saya usianya. 

Tentu kita mafhum, namanya junior, sangat senang jika bisa memberikan yang terbaik kepada seniornya. Apalagi, seniornya adalah pimpinannya, atasannya. Tapi tidak dengan mas Andry. Beliau justru tidak ingin dilayani, karena beliau bisa melakukannya sendiri.

Jujur, saya termasuk yang terlambat mengenal mas Andry. Soal nama, memang sudah lama saya dengar, bahwa beliau adalah aktivis PMII, Ansor, juga pernah menjabat sebagai Ketua KPU Jawa Timur. Tapi siapa dan bagaimana, saya baru melihat dan mendengarkan dawuh-dawuhnya dalam satu kesempatan di Kabupaten Jombang, 2015 lalu. Itu pun tidak lama.

Tahun berikutnya, saya justru lebih sering berinteraksi dan berkoordinasi dengan Mbak Hikmah Bafaqih, istri beliau, yang saat itu menjabat sebagai Team Leader (TL) Konsultan Pendamping Wilayah (KPW) IV Provinsi Jawa Timur. Sedangkan saya sebagai Koordinator Pendamping di Kabupaten Bondowoso.

Dalam sejumlah kegiatan, setiap kali mendengarkan paparan Mbak Hikmah, saya merasakan spirit luar biasa. Bukan hanya dari sosok pemimpin, dimana Mbak Hikmah menjabat sebagai Koordinator Provinsi, tapi juga cerminan dari sosok mas Andry, sang suami. “Saya bisa begini ini, bisa menyampaikan dan memberikan motivasi di hadapan Sahabat-sahabat, lantaran spirit dari suami saya, Mas Andry”, ungkapnya.

Pernyataan mbak Hikmah yang disampaikan 5 tahun lalu usai Rapat Koordinasi P3MD Jawa Timur, meski beda konteks, kembali saya dengar dalam Tahlilan Hari Keenam mas Andry yang diadakan TPP Provinsi Jawa Timur. 

Kata mbak Hikmah dalam sambutannya: “Mas Andry itu suami, juga guru. Mendidik, juga memberi contoh. Mas Andry sangat mencintai Rasulullah saw. Itu dilakukannya dengan menyiapkan berbagai instrument untuk anak-anak, seperti buku cerita, dll. Kadang saya bingung, siapa yang sebenarnya dzurriyah Kanjeng Nabi? Karena beliu begitu mencintai Rasulullah saw.”

***

Pada tahun-tahun berikutnya, ketika mas Andry menjadi Koordinator KPW IV Jawa Timur, pasca rekrutmen Tenaga Ahli Madya (TAM) di Provinsi Jawa Timur, saya kembali menjumpai spirit, inspirasi dan teladan yang terpatri pada diri Mbak Hikmah. Inilah sejatinya pantulan cermin dari cahaya ikatan zhahir-batin suami istri, antara mas Andry dengan mbak Hikmah, yang sama-sama memberi inspirasi dan teladan pada kader dan anak buahnya.

Saya merasakan betul, dalam setiap momen di KPW maupun rapat-rapat yang diadakan oleh Dinas PMD Provinsi Jawa Timur, sosok mas Andry mampu menghipnotis aundiens. 

Dalam suatu kesempatan, Sekretaris Dinas PMD Provinsi Jawa Timur kala itu (Drs. Achmad Robiul Fuad, MM., pernah menjabat sebagai Kabag Hukum Teknis dan Humas KPU Jawa Timur) menyampaikan: “Sebagai Koordinator, mas Andry juga layak menjadi motivator. Itu karena motivasi dan spirit senantiasa beliau sampaikan dalam forum dan berbagai kesempatan”.

Tentu bukan hanya sekadar menyuntikkan spirit dan inspirasi, mas Andry juga memberikan contoh dan teladan yang baik. Beliau begitu murah hati dan ringan tangan. Loman, bahasa maduranya. Tidak jarang, dalam setiap kesempatan, beliau menghadiahkan barang-barang kesukaannya kepada sahabatnya.

Saya pernah “hampir” mendapatkan hadiah kopyah Gus Dur dari Mas Andry. Tapi sayang, ukuran kopyah itu kebesaran. Sehingga kopyah Mas Andry diterima sahabat lainnya. Sebagai gantinya, saya mendapatkan kiriman dari Sahabat Mukhlis, Koordinator Kabupaten Jombang. 

Hadiah minyak wangi pernah saya dapatkan ketika ada kegiatan di Surabaya. Saya bilang pada waktu itu, “Ini harum sekali, Mas”. Tak disangka, beliau langsung memberikannya pada saya. “Silahkan ambil, Adinda. Bawa. Pakai saja,” ucapnya. Dan, pada bulan-bulan berikutnya, saya berlangganan mencari minyak wangi dengan aroma sama.

Pada kesempatan yang lain, ketika Mas Andry menghadiri kegiatan Fatayat NU di Kecamatan Ijen, kami berinisiatif menjemput beliau. Tapi ternyata, Mas Andry sudah di lokasi bersama sang istri. Sehingga akhirnya, saya bersama Ahmad Juhadi (PD), Nuril Anwar (PLD), serta mbak Lilik (KPU Bondowoso saat itu), naik ke Ijen.

Baca Juga : Gelorakan Merdeka Belajar, LP Ma’arif NU Bondowoso Gelar Raker dan Workshop GSM

Usai bincang santai dengan beliau, kami pun berpamitan dan bersalaman seperti biasanya. Di luar dugaan, cincin batu akik putih yang melingkar di jari Mas Andry, tiba-tiba dilepas dan diberikan kepada Nuril Anwar, seorang PLD yang baru berjumpa saat itu.

Menyaksikan pemandangan istimewa itu, saya hanya tersenyum sembari berucap lirih: “Sungguh mulia akhlak Njenengan, mas.”

***

Penulis bersama mas Andry Dewanto Ahmad di lokasi kegiatan Fatayat NU Bondowoso, Catimor Homestay, Perkebunan Kopi Blawan, Kecamatan Ijen, Bondowoso. (dari kiri: mbak Lilik, Mbak Hikmah, Alm Mas Andry, Andiono, Ahmad Juhadi dan Nuril Anwar)
Meski terlambat kenal dengan beliau, saya tidak terlambat “ngefans” kepada mas Andry. Dalam perjumpaan yang cukup pendek ini, bisa dibilang saya sangat beruntung. Itu karena saya masih bisa menyempatkan menulis, bahkan merekam pemikiran beliau dalam sejumlah forum.

Di website Desa Hebat yang kelola KPW IV, tidak sedikit tulisan yang saya kutip dari paparan Mas Andry. Ada yang mengupas bahwa Pendamping Desa itu harus melegenda. Menurutnya, ada tiga belas fungsi pendamping desa. Di antaranya, memfasilitaai demokratisasi desa, kaderisasi desa, pembentukan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan desa, pembentukan dan pengembangan pusat kemasyarakatan (community center) di desa dan/atau antar desa. 

Baca Juga : 

Fungsi-fungsi pendampingan Desa itu, menurut mas Andry, akan berhasil jika yang mengerjakan itu Pejuang Pendamping Desa. “Caranya, ikuti filosofi para pejalan. Pindah ke tempat yang satu ke tempat lainnya. Nama mereka selaku Pendamping bisa melegenda. Mereka bisa mengubah mental aparat, mengajak masyarakat terlibat aktif dan berpartisipasi. Jika ini terwujud, dahsyat itu”, ungkapnya.

Mas Andry juga melecut para Pendamping Desa. Katanya, jika Program Pendampingan Desa ini tidak berhasil memandirikan desa, maka ini akan menjadi peristiwa paling memalukan di era Presiden Jokowi. Sebaliknya, jika ini berhasil, bukan hanya Presiden RI yang tenar, para pendampingnya pun akan menjadi catatan sejarah.

Sebagai bentuk upaya memaksimalkan fungsi-fungsi pendampingan, dalam kesempatan yang lain, Mas Andry mendorong agar para Pendamping Desa menghidupkan kelompok-kelompok kecil, diskusi-diskusi kecil, yang terdiri dari masyarakat desa. Diskusi kecil yang teratur di desa dengan melibatkan berbagai elemen, akan membuat masyarakat Desa memahami filosofi, tujuan, program dan target UU Desa serta Dana desa.

Untuk mendukung itu semua, Mas Andry menekankan, agar para pendamping terus memperkuat diri sendiri dengan senantiasa belajar dan belajar, serta menjaga moralitas. Jika ini bisa dilakukan, maka Pendamping Desa betul-betul akan melegenda, sebagaimana Mas Andry yang hingga kini terus mendapatkan limpahan kebaikan dan doa. (*)


Penulis : Andiono Putra (Koordinator P3MD Kabupaten Bondowoso; kini berkhidmat sebagai Ketua LTN NU Bondowoso)

Editor : Gufron

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN