Budaya dan Tantangan Globalisasi Modernisasi, Mungkinkah akan Bertahan?

Ahmad Suhaili, Ketua Rayon PMII Nurut Taqwa, Cermee, (Foto : Tim Kreatif)
Budaya atau kebudayaan secara Etimologi berasal dari bahasa Sanskerta yaitu  Buddhiyah, yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi (Budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. 

Sedangkan secara Terminologi, budaya merupakan hasil dari budi, daya, cipta, karya, rasa, pikiran, kebiasaanataupun adat istiadat manusia yang dilakukan secara turun temurun dari generasi satu ke generasi lain (Setelahnya) sebagai warisan, serta dilakukan pada momentum tempat dan waktu tertentu.

Pada era ini, dimana globalisasi dan modernisasi tidak bisa dihindarkan bagi setiap warga Negara. Setiap Negara selalu ingin disebut sebagai negara yang modern, mengikuti arus globalisasi bila ingin dikatakan sebagai negara yang maju. 

Baca Juga :

Modernisasi tidak terlepas dengan meningkatnya kemajuan teknologi yang digunakan, begitu juga dengan Indonesia yang telah mencanangkan revolusi industry 5.0. Revolusi teknologi dan revolusi digital telah merasukdalam kehidupan masyarakat. 

Internet paling terasa percepatan kemajuannya, jaringannya yang mulai 2G, 3G, 4G dan sekarang di Indonesia sudah mulai bisa akses 5G. Hal ini tentu juga diikuti dengan kemajuan smartphone yang selalu menunjukan kecanggihannya.

Kemajuan teknologi memang tidak bisa dihindari. Perlahan tapi pasti sudah menjadi bagian dari masyarakat modern saat ini. Perkembangan teknologi menyebabkan smartphone semakin canggih dan murah yang berakibat pada banyaknya anak-anak SD/MI ataupun SMP yang sudah memiliki handphone. 

Baca Juga :

Bahkan, tidak jarang orang tua memberikan handphone kepada anaknya agar anaknya tidak rewel ataupun ingin menunjukan bahwa mereka adalah masyarakat modern dan bisa bergaul bersama teman sebayanya yang mengikuti perkembangan zaman. 

Anak-anak SD dan SMP sudah pandai menggunakan smartphone mereka, dan rata-rata sikap orang tua pada hari ini seringkali tidak memantau atau terlalu sibuk melihat handphone anaknya. Lalu pertanyaannya, dengan kondisi saat ini dengan arus Globalisasi yang semakin pesat yang didukung dengan teknologi dan modernisasi yang semakin cepat akankah anak-anak penerus bangsa sekarang (Milenial) mampu mempertahankah warisan budaya leluhur?. 

Atau mereka sama sekali abai dan bahkan apatis terhadap warisan budaya leluhurnya? Mengingat pada zaman sekarang, demam korea melanda  anak-anak muda indonesia, mulai dari segi  bahasa, cara berpakaian, nyanyian, cerita dan sebagainya. Hal ini tentu difaktori oleh globalisasi dan modernisasi.

Indonesia memiliki wilayah yang luas, negara maritim, negara dengan sebutan Multikultural, negara kepulauan dan yang lumrah disebutsebagai negara keberagaman. Oleh karenanya, beragam pula tradisi atau kebudayaan pada setiap masing-masing daerahnya. 

Pada era industri 5.0 ini, seperti apakah kondisi atau nasib budaya lokal di sekitar kita? Ditambah pada dua tahun belakangan sampai sekarang, seluruh penjuru dunia dilanda pandemi yang sangat mematikan, yang mengharuskan semua manusia untuk tidak berkrumunan dan seluruh aparatur  masyarakat di berbagai lapisan dihimbau untuk tidak keluar rumah. 

Tentu dengan adanya hal ini budaya dan tradisi yang biasa di lakukan/di gelar masyarakat dengan melibatkan orang banyak dan berakibat menimbulkan kerumunan itu tidak akan dilakukan, hal ini sesuai dengan intruksi dari Pemerintah. 

Akibatnya, secara perlahan budaya akan terkikis karena pasifnya tidak ada penggelaran. Namun penulis, pembahasannya tidak akan menitik beratkan tentang “terkikisnya budaya oleh pandemi” tetapi lebih fokus kepada, tantangan budaya terhadap globalisasi dan modernisasi.

Sudah sangat nampak disekitar kita, penggelaran budaya-budaya yang sudah jarang sekali ditemukan, anak-anak muda sebagai penerus bangsa pada era ini (milenial) lebih condong mengikuti budaya kebarat-baratan dari pada menjaga ataupun merawat tradisi budaya lokal. 

Rata-rata mereka beranggapan bahwa budaya tradisional adalah sesuatu yang kuno, lawas, tidak berkelas, dan lain sebagainya. Justru mereka lebih tertarik kepada budaya dan gaya hidup kebarat-baratan, karena hal itu diangap sesuatu yang keren, tranding, update, modern dan yang lebih dipentingkan adalah tidak ketinggalan zaman. 

Hal ini yang menjadi tantangan besar tentang nasib budaya leluhur di tangan anak-anak bangsa sekarang. Akankah tetap bertahan? Atau hilang karena terjajah oleh budaya dari luar dan hilangnya kesadaran pemuda tentang pentingnya menjaga kelestarian tradisi budaya leluhur?. 

Dari sini penulis mengajak pembaca untuk bersama-sama memikirkan kelestarian budaya kita di tengah banyaknya tantangan baik dari internal maupun eksternal. Namun, solusi dari penulis berdasarkan hasil riset dan pengamatannya adalah, kita hanya kalah dibranding dan edukasi pentingnya pemanfaatan media dan menjaga tradisi budaya dalam rangka mengenalkan produk lokal budaya yang sangat indah dan beragam ini. 

Baca Juga :

Jadi, untuk kedepan bagaimana pemerintah lebih menunjukkan atensi yang besar dalam menjaga dan melestraikan tradisi budaya lokal dari berbagai ancaman. Misal contohnya, memberikan edukasi dan bimbingan kepada anak-anak muda milenial tentang pentingnya menjaga tradisi lokal. Serta, melakukan pemanfaatan media sosial secara maksimal dalam rangka branding tradisi dan budaya lokal kepada masyarakat global.

Mari bersama-sama menjaga dan melestarikan barang yang sangat indah dan tidak ada harganya degan nama Budaya ini, karena ini adalah milik kita bersama, kekayaan kita bersama, identitas kita bersama. Dan perlu di ingat, “budaya lokal adalah warisan dari nenek moyang kita yang sangat berharga dan merupakan kebanggaan milik bangsa yang harus dijaga. Mewariskanbudaya kepada generasi penerus merupakan kewajiban semua masyarakat. Mewariskan nilai budaya lokal bukan berarti kita ingin bersikap etnosentris. Tetapi identitas budaya serta bangga dengan budaya sendiri adalah bentuk kehidupan bernegara”.


Penulis : Ahmad Suhaili, Ketua Rayon PMII Nurut Taqwa, Cermee

Editor : Gufron 

Posting Komentar

Berikan Komentar Untuk Artikel ini?

Lebih baru Lebih lama

IKLAN